Mohon tunggu...
Dara Artarini
Dara Artarini Mohon Tunggu... Penulis - Interested in writing and make it a part of happiness

Gladly if you can appreciate and enjoy this work

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyalahartikan Ibu

17 Agustus 2023   04:43 Diperbarui: 20 Agustus 2023   22:20 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tong Setan merupakan pertunjukan ekstrem, kita melihat sepeda motor serta mobil berputar dalam area khusus berbentuk cekungan dengan kemiringan tertentu. Pengendara motor Tong Setan menuju puncak atas atas tanpa terjatuh, para penonton hanya di perbolehkan melihatnya dari sisi atas bangunan tersebut. 

Hari semakin larut, saatnya pulang, besok pagi ibu harus berjualan. Sepulang dari Pasar Malam tentu aku pulang tidak hanya dengan senyuman saja, di tangan kanan dan kiriku tergenggam plastik mainan dan baju yang dibeli di pasar malam.

Saat aku kecil ibu berjualan di warung kecil yang dia sewa dari tetangga kita, letaknya di sebelah masjid suatu desa. Menu makanan dan minuman yang di jual ibuku adalah kesukaanku, mulai dari Soto, Tempe goreng, serta Es Teh. Setiap bangun tidur aku pergi ke warung ibu dengan berjalan kaki yang jaraknya tidak jauh untuk sarapan menu kegemaranku tersebut, Soto yang aku beri kecap, tak lupa dituang pada Tempe goreng yang baru saja matang. 

Saat aku belum selesai makan teman-temanku selalu menghampiriku dan mengajak bermain. Aku hanya boleh pergi setelah selesai makan, teman-temanku menunggu sebentar untuk diriku menyelesaikan sarapanku tersebut. Seusai makan, lalu aku berpamitan kepada ibu untuk bermain bersama teman-teman.

Terkejut setelah bermain bersama teman-teman aku di jemput untuk pulang, kali ini pergi ke rumah berbeda. Kenyataan pahit hari itu membuatku menangis, seorang wanita yang selalu aku panggil dengan sebutan ibu telah membohongiku. Di hari itu aku menangis lama, menelan kenyataan pahit bahwa dia sebenarnya hanya orang yang diminta tolong oleh keluargaku yang sebenarnya untuk menjagaku. 

Kini aku harus pulang ke keluargaku yang sebenarnya, sore itu ibu tidak mengatakan sepatah kata apapun kepadaku tetapi aku melihat dengan jelas ibu menahan air matanya sebelum merelakan kepergianku. Aku harus segera bersekolah ke tingkat TK itu yang membuatku harus berpisah dengan ibu. 

Mataku menjadi merah dan bengkak karena tangisku, seorang wanita yang mempunyai senyum manis dan tulus ternyata bukan ibu kandungku. Ibu kandungku sudah menungguku di rumah. 

Seseorang yang merawatku dan melahirkanku, ternyata diriku menyalahartikan Ibu. Walau demikian, aku akan tetap menyayangimu seperti ibu kandungku, ibu Asih. Asih adalah nama ibu yang merawatku sebelum aku bersekolah karena ibu kandungku harus bekerja di luar kota. Setelah tidak satu rumah, ibu tetap mengingat hari dimana aku terlahir, yang kebetulan memang kita lahir di bulan dan tanggal yang sama. Ibu membelikanku boneka sebagai hadiah ulang tahunku, terima kasih ibu engkau sangat baik padaku meski diriku bukan anak yang di kandungnya. Sungguh aku menyayangimu bu…     

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun