aku, Miya dan Embul jadi akrab. Kami sering berkumpul tiga, gelut, bercanda, kejar kejaran dengan gembira. Menyenangkan, masa itu begitu menyenangkan. Miya dan Embul waktu itu sering kali bercanda berdua, aku yang memang masih kecil dari mereka kadang usil saat mereka sedang berduaan. Mereka berdua serasi. Embul juga pemdiam sama seperti Miya.Â
    suatu malam, waktu itu tuan kami pergi, seperti biasa, aku dan Miya di kurung didalam. Walhasil, Embul tidak bisa masuk untuk bermain. Miya waktu itu terlihat gelisah, dia mondar mandir seperti bingung. Aku maklum, walau masih kecil aku tau Miya suka sama Embul. Dia gelisah karena malam ini tidak bisa bertemu Embul. "Aku akan keluar." ujar Miya waktu itu. "Jangan kakak, sudah malam begini lebih baik kita diam dan tunggu tuan pulang." cegahku waktu itu.Â
Tapi gelora hari Miya lebih kuat, dia tetap bandel ingin keluar. Lalu Miya melompat keatas lemari dimana langit kamar yang ada celah terbuka, Miya memang suka lewqt situ untuk keluat masuk, sementara aku apa lah daya karena masih kecil. "Funny, kamu baik baik ya disini, aku pergi dulu." seru Miya saat itu dari atas, lama dia melihatku, lain dari sebelumnya yang dia terbilang cuek. Entah waktu itu aku merasa cemas tidak seperti biasanya.
 Miya pun menghilang kebalik atap. Aku didalam rumah sendirian, hening. Ada sekitar dua jam aku duduk dalam hening. Tiba tiba, dari luar terdengar suara Miya mengeong ribut, suara nya sepeeti ketakutan dan kesakitan. "Ada apa dengan kak Miya kak.!" seru para kucing serentak. Funny menghela nafas berat, sekilas mata nya berkaca kaca. Ada beberqpa menit dia terdiam. "Lanjutkan kak." ujar Banun pelan
malam itu terakhir aku melihat mata berbinar Miya, suara dia tadi adalah suara kesakitan dia. Selang beberapa menit suara Miya tidak lagi terdengar, aku memanggil dan hanya memanggil. Tak lama tuan kami pulang, dan benar ada teriakan histeris mereka memanggil kakak. Saat pintu terbuka, tubuh Miya yang telah kaku di bawa buru buru kebelakang, kepalanya terbungkus plastik, sepertinya ada manusia jahat yang sengaja mencelakainya. Malam itu Miya pergi untuk selamanya. Sedih. "Bagaimana dengan Embul kakak." tanya Banun. Esok pagi nya, Embul datang sepwrti biasa. Tapi suasanya nya hambar. Aku mencoba bertanya pada Embul, tapi dia hanya menatapku lalu pergi. Malamnya aku mendapat berita mengejutkan. Embul mati tertabrak mobil, waktu dia mencoba menyeberangi jalan. Embul dan Miya mati di wqktu yang tidak berjauhan. Aku menamai mereka cinta sejati.
   suasana hening. Funny dan kucing lain terdiam. Hujan pun tiba tiba tak lagi menetes, rintiknya pun nyaris tak ada seolah ikut mendengarkan kisah itu. Tanpa menunggu kata lagi Funny beranjak meninggalkan para kucing. Banun hanya menatap ekor Funny yang menjulang tinggi. Dia terlihat anggun dan cantik. Aku menyukaimu kakak. gumam Banun.
    Menjelang pagi, para kucing seperti biasa kumpul untuk makan, ucak, ucik, baba, Banun, tapi. Kemana Funny.? Sejak hari itu Funny tak terlihat. Kemana dia tak ada yang tahu. Hilangnya Funny menjadi misteri. Hingga kini Funny tak pernah ada kabar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H