Mohon tunggu...
Diah Ayu Rahmawati
Diah Ayu Rahmawati Mohon Tunggu... Penulis - Determinasi Dara

Seorang guru sains, young entrepreneur dan petualang filosofis yang mencintai seni menulis dan senang bermain gitar. Also find me at: Medium : @determinasidara Facebook : @Diah Ayu Rahmawati Instagram : @diah_ayra Line : @anadiahayu271 Email : inmycase9597@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kekasih Lintas Waktu

29 November 2020   20:45 Diperbarui: 29 November 2020   20:45 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, sepasang kekasih menanggung rindu sepanjang jalan yang ditempuh pak pos.

Sekarang, hanya dalam hitungan detik saja rindu sepasang kekasih bisa terbalaskan.

Dulu, surat kekasih ditunggu berdebar-debar karena tak sabar menunggu kabar.

Sekarang, chat kekasih menjemukan karena beradu dengan spam.

Dulu, tulisan dalam sepucuk surat dari si Dia begitu hidup dan berjiwa.

Sekarang, font default bawaan aplikasi membuat pesan si Dia biasa saja seperti yang lainnya.

Dulu, kita bisa tertawa kecil dan terhibur dengan coretan yang menyela karena kegugupan dari si Dia penulis surat.

Sekarang, kita tidak tertawa walaupun menyematkan emoticon tertawa lebar di akhir kata.

Dulu, menunggu aroma parfum baru yang disemprotkan ke kertas surat selanjutnya ditambah sisipan kertas foto menjadi pengobat rindu.

Sekarang, cukup rajin saja membuka story miliknya agar tidak ketinggalan dengan kegiatan terbarunya.

Dulu, bertemu dan saling pandang adalah hal luar biasa.

Sekarang, bertemu dan saling pandang adalah hal biasa. 

Dulu, mencintai adalah seni kehidupan. Puisi dan syair tak lepas menemani.

Sekarang, mencintai mulai kehilangan seninya dalam kehidupan. Rayuan gombal cuma pemikat sepintas.

Dulu, mencintai seseorang adalah perasaan yang dalam.

Sekarang, mencintai seseorang cukup sekedarnya sesuka singgahnya.

Lalu bagaimana bisa? Anak-anak jaman sekarang menertawakan cara mencintai lewat tukar-menukar sepucuk surat para kekasih jaman dulu yang lebih sarat akan makna? 

Sudahkah kita memahami bahwa generasi lintas waktu punya caranya masing-masing dalam mencintai?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun