Mohon tunggu...
Dwi Aprilia
Dwi Aprilia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Manajemen Perkantoran - Universitas Pendidikan Indonesia

Be Your Self

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2021: Sinergitas Sekolah dan Orangtua Dapat Meminimalisasi Risiko Terjadinya Learning Loss

22 Juli 2021   11:15 Diperbarui: 22 Juli 2021   11:33 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki pertengahan tahun 2021, pandemi covid-19 nyatanya belum mereda dan berkepanjangan. Ditengah kondisi yang semakin darurat dan meningkatnya penyebaran kasus positif di Indonesia, tentu mengharuskan melakukan pembelajaran secara jarak jauh atau biasa disebut dengan PJJ. Genap satu tahun sudah pembelajaran tatap muka tidak dilaksanakan, lantas tentunya hal ini berpengaruh dengan kondisi kompetensi belajar siswa. Kekhawatiran akan terjadinya learning loss tentu sudah diprediksi sejak awal ketika dimulainya program pembelajaran jarak jauh ini.

Learning Loss adalah suatu kondisi dimana terjadinya penurunan kompetensi belajar siswa. Menurut The Education and Development Forum (2020) yang dikutip dari laman Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat (https://disdikkbb.org/) mengartikan bahwa learning loss adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses pendidikan. Penyebab dari situasi ini adalah tergangunya proses pendidikan formal. Contoh nyata learning loss nampak pada kemampuan anak membaca dan berhitung yang berkurang secara signifikan. Jika learning loss tidak segera diatasi, maka bisa kita pastikan bahwa bangsa Indonesia akan kehilangan generasi yang berkualitas sebagai tonggak penerus bangsa.

Pengaruh terbesar dari terjadinya learning loss tentu disebabkan dengan siswa yang tidak melakukan pembelajaran tatap muka. Siswa tidak pergi ke sekolah. Hal ini berdampak dengan penurunan tingkat keinginan siswa belajar. Siswa akan merasa tidak memiliki alasan dan motivasi yang cukup kuat untuk belajar. Dalam hal ini tentunya peran aktif sekolah dan orang tua harus selaras dan berkerja sama dalam menagani hal ini.

Urgensi Peran Orang Tua  dan Sekolah dalam PJJ

Dalam pola pembelajaran jarak jauh sekolah harus membangung sinergitas dengan orang tua peserta didik terkait bimbingan dan pendampingan belajar.  Resiko Learning loss pada peserta didik akan dapat diminimalisir dengan adanya pendampingan dari orang tua. Meskipun saat ini masih banyak orang tua yang mengeluhkan karena merasa kurangnya keterampilan mengenai pendidikan atau merasa kurangnya waktu karena memiliki kesibukan untuk bekerja. Maka dari itu, sekolah sebagai pemangku kebijakan harus berinisiatif melahirkan sinergitas tersebut. Dengan terciptanya sinergitas maka program yang akan diterapkan pada siswa diharapkan akan dipahami pula oleh orang tua peserta didik yang nantinya akan dapat mendorong ketercapaian program pada tujuan yang ditetapkan.

Untuk merealisasikan sinergitas antara sekolah dan orang tua, sekolah wajib memberikan pemahaman yang baik dan jelas kepada orang tua dalam pola bimbingan dan pendampingan belajar. Pemahaman yang jelas dan baik tentu keluhan yang datang dari orang tua akan dapat diredam dan memungkinkan untuk mengurangu tingkat kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya saat melakukan pembejaran.

Upaya yang dapat orang tua lakukan dalam keberlangsungan Pembelajaran Jarak Jauh

Tahap awal adalah dengan memastikan setiap anak dapat melangsungkan pembelajaran dengan aman. Tahap kedua, berikan motivasi dan semangat kepada anak untuk mengikuti sesi pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Tahap ketiga, melakukan komunikasi intensif dengan guru atau sekolah.

Pembelajaran Jarak Jauh akan lebih optimal apabila orang tua dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Terciptanya suasana aman, nyaman, dan baik tentu akan berdampak kepada kesehatan mental anak. Anak tidak akan merasa didera ketakutan akan kesehatan  dan keselamatan. Dengan begitu, pikiran anak akan lebih terfokuskan kepada materi pembelajaran serta mereka akan diliputi perasaan yang tenang. 

Memberikan motivasi dan semangat secara terus-menerus kepada anak akan berdampak sangat penting. Timbulnya rasa bosan pada anak memungkinkan terjadinya penurunan dalam efektivitas belajar. Dalam kondisi seperti ini akan melakukan pembelajaran secara mandiri, tanpa memiliki banyak kesempatan untuk berdiskusi denga teman-temanya. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memosisikan diri menjadi sosok pemberi stimulan akan lahirnya semangat belajar pada setiap anaknya

Melakukan komunikasi intens antara orang tua dengan pihak sekolah dan guru perlu dilakukan. Adapun timbulnya berbagai permasalahan atau gagasan dapat tersampaikan kepada pihak sekolah, sehingga hasil evaluasian orang tua yang terlihat dari hasil langsung pada saaf melakukan bimbingan dan pendampingan, akan bisa dilakukan perbaikan dalam pembelajaran oleh pihak sekolah. Begitupun sebaliknya, permasalahan orang tua dalam melakukan pendampingan PJJ, sudah sepatutnya didiskusikan dengan pihak sekolah sehingga dapat diatasi.

ditulis oleh: Dwi Aprilia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun