Penulis  tidak sedang ingin memposisikan diri sebagai pendukung calon tunggal kepala daerah manapun juga.  Tetapi penulis menganggab bahwa tidak elok jika ada masyarakat hanya menyalahkan partai politik saja demgan alasan tidak menyediakan alternatif pilihan, tetapi pada konteks yang sama tidak bersedia memberikan KTP tatkala ada masyarakat yang tulus dan bersedia untuk bertarung melalui jalur perseorangan (independen).Â
Tidak kurang Sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk menjadi calon kepala daerah, tetapi lagi dan lagi, muara pertimbangannya dari semua pihak adalah tingginya biaya-biaya proses politik yang ada.
Kotak Kosong harus menjadi kritik bagi semua. Kotak Kosong menjadi sebuah refleksi bersama untuk mencari dan menentukan pemimpin berdasarkan perspektif-perspektif yang baik dan benar.Â
Sebagai seorang Kristiani dalam memilih dan menentukan seorang pemimpin tergambar jelas dalam Keluaran 18:21. Seorang pemimpin haruslah memiliki minimal 4 hal;
1.Cakap; menyangkut soal kompetensi ilmu pengetahuan seseorang yang harus memadai berkenaan dengan konsep kepemimpan terhadap pemerintahan di suatu daerah.
2.Takut akan Tuhan; Seorang pemimpin harus memiliki spiritualitas yang terukur dan baik. Orang yang percaya kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan pengendali kehidupannya.
3.Dapat dipercaya: Seorang pemimpin harus memiliki integritas. Jujur dan mau transparan.
4.Membenci suap: pemimpin tidak boleh manipulatif dan koruptif. Tidak mau mengambil yang bukan haknya.
Ke empat hal di atas dapat menjadi referensi utama dalam menentukan pilihan. Jikalau memang hal itu dirasa tidak ada pada calon bahkan termasuk pada calon tunggal, mulailah dari sekarang untuk belajar jujur menentukan pilihan, pilihlah kotak kosong supaya bangsamu (daerah) tidak hancur.Â
Tetapi sebaliknya, manakala 4 standar diatas telah teruji pada seorang calon, termasuk pada calon tunggal, maka jujur pulalah untuk mengakuinya. Tidak baik memilih Kotak Kosong bila hanya sekedar efek ego personal terhadap calon tunggal yang ada tanpa kerelaan dan keberanian untuk menganalisa dengan baik. Dan terlebih lagi tidak baik memilih siapapun kalau hanya karena politik pragmatis yang terjadi.
Oleh karena itu, penulis mengajak masyarakat semua untuk belajar menghindari praktek-praktek politik pragmatis.Â
Mungkin secara personal ada diantara masyarakat tidak akan mendapat banyak, bahkan mungkin saja tidak akan mendapat apa-apa ketika memilih seseorang yang baik dalam memimpin dalam suatu masa tertentu. Namun karena pilihan yang tepat maka dapat berdampak baik pada ribuan bahkan puluhan ribu masyarakt lainnya.Â
Hadirnya pemimpin yang baik berkat pilihan yang tepat akan menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat yang banyak. Dari pada hanya sekedar mendapatkan 100 ribu atau 300 ribu rupiah sebagai upah untuk memilih seorang pemimpin (maupun Kotak Kosong), tetapi pada kemudian hari seluruh potensi daerah akan hancur lebur hanya karena memenuhi hasrat duniawi dari segelintir orang.Â
Untuk itu masyarakat di ajak untuk bijak dalam menganalisa situasi dan menentukan pilihan dengan tulus dan tepat. Kotak Kosong pun tidak akan sudi menerima suara masyarakat kalu toh ternyata calon tunggal memang unggul dalam kebaikan. Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H