Mohon tunggu...
Indra Prasetyo
Indra Prasetyo Mohon Tunggu... -

penulis amatiran asli banyumas yg mencintai yogya, saat ini bekerja di ibukota.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karena Galau Itu Baik

12 Agustus 2012   00:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:55 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mental kompetitif dan show off juga sangat perlu di korporat. Sekali bisa membuat terobosan, maka bertubi-tubi pekerjaan a.k.a chalengge akan diberikan kepada yang bersangkutan. Efek dominonya, ia menjadi lebih dekat dengan atasan, menjadi raising star dan bermasa depan karir cerah. Menjadi rata-rata pun tidak masalah sebenarnya. Cukup duduk, diam dalam cubicle, kerjakan tugas-tugas dan terima gaji di akhir bulan. Jangan sampai bosmu tahu kalau kamu ada disitu. Begitu pesan teman saya. Ya, memang benar itu adalah cara paling efektif untuk menghindari ‘masalah’ dan tugas-tugas tambahan dari atasan.

Oh ya, di korporasi juga tidak melulu soal pekerjaan. Kehidupan sosial juga ada, dan hal yang paling menarik adalah gosip. Ya gosip, rasanya hampir di semua korporasi tak lepas dari perkara ini. Gosip siapa yang mau keluar, siapa pendekatan dengan siapa, juga gosip tentang atasan. Hal yang paling menyenangkan tentu saja jam makan siang. Karena mungkin inilah satu-satunya waktu yang bisa digunakan secara bebas untuk membicarakan hal-hal personal dan tak berbau pekerjaan, termasuk waktu yang paling sempurna untuk bergosip. Bosan makan siang di kantor, mall ada di seberang. Cukup numpang mobil teman yang kebetulan sudah lebih kaya. Gratis!

Dear kamerad, yang sedang menantikan toga, maupun yang galau menunggu pekerjaan...

Kenapa saya memilih untuk keluar dari pekerjaan sementara kalian mungkin sedang memimpikannya? Kalau ada orang Indonesia yang  bisa dipersalahkan  adalah Rene Suhardono Canoneo. Ya, meskipun saya belum pernah bertatap muka langsung, tulisannya telah banyak mempengaruhi keputusan saya. Entahlah, tulisannya seperti membangkitkan raksasa tidur dari dalam. Kabar buruknya, raksasa itu bernama galau! Pekerjaan adalah bukan karir. Your job is not your career. Memang benar apa yang dituliskan Rene, fokus karir seharusnya ada di happiness, fullfillment. Uang, fasilitas, title cuma atribut. Dan atribut itu tak selalu menjamin happines, kecuali bagi orang yang memang mengejarnya.

Maka, jadilah saya banting stir untuk menjadi bapak guru di pelosok Indonesia. Jika sebagian orang melihat keputusan saya dilandasi jiwa filantropis dan nasionalis, maafkan bung! Anda salah. Saya galau, dan sedang mencari happiness. Itu saja! Saya sendiripun belum berani mengatakan ini keputusan yang dilandasi passion, karena passion harus diuji. Dan kata Rene, ujian pertama yang harus dilalui oleh seseorang yang mengejar passion adalah hilangnya kemapanan dan jaminan materi secara short term. Bagaimana dengan long term? Sama konyol juga, tak ada jaminan 100% orang yang mengikuti passion akan menjadi kaya raya. Tapi sudahlah, kalau yang dicari happiness rasanya ukuran kekayaan tak akan terlalu diperdebatkan. Esok, saya pun tetap masih ingin kaya, entah dari jalur korporat, ataupun lainya. Dan kekayaan versi saya adalah punya rumah minimalis, sebuah SUV, satu perempuan yang melahirkan anak-anak, anak-anak dan juga waktu luang untuk bisa menikmati sunset di puncak-puncak Jawa. Itu saja.

Welcome to the jungle fellas! Percayalah, ujian sebenarnya baru dimulai saat kita menanggalkan toga. Jika mimpimu menjadi orang korporat, kejar saja, karena menjadi orang korporat itu juga baik. Namun, saya yakin beberapa dari kita akan bertemu situasi dimana kita akan mempertanyakan kembali value dan pilihan-piliha hidup yang kita ambil. Jika kehidupan korporasi memang menjadi passion. Selamat, karena korporasi memang menjanjikan kemapanan. Jika tidak, selamat bergalau ria, karena galau itu baik, pertanda hati nurani kita masih sensitif dan kritis atas apa yang terjadi disekitar kita. Tapi kegalauan itu hanya bisa diobati dengan membuat keputusan. Saya telah membuat keputusan. Jadi, jangan coba mempertanyakan masa depan saya, karena saya sudah memilih. Jika Anda bertanya bahagiakah saya dengan pilihan ini? Jawabannya ya, tentu saja :)

Semoga Tuhan bersama jiwa-jiwa yang galau.
With regards

Yang sudah duluan lulus universitas

Kuat Indra Prasetyo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun