Mohon tunggu...
David Agusta
David Agusta Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY

Selamat membaca artikel saya! Terima Kasih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Itu Sebenarnya "Puisi Jawa"? Yuk Simak!

17 Desember 2020   21:12 Diperbarui: 17 Desember 2020   21:21 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena ini merupakan seni suara dimana rakyat akan menerimanya dengan mudah maka dalam hal itu Keraton dapat memanfaatkan macapat ini atau seni suara sebagai atau pengajaran tentang pengetahuan kepada warganya. Macapat memiliki sebuah ke khasannya yaitu memiliki cengkok yang mencapai puluhan jumlahnya, cengkok tersebut berjumlah 88 cengkok.

Macapat mempunyai arti sebenarnya adalah maca papat atau dalam bahasa Indonesianya adalah membaca empat-empat yaitu cara membaca dari puisi ini adalah dengan membaca menggunakan empat suku kata tiap kalimatnya. 

Namun hal tersebut bukanlah arti yang primer melainkan masih banyak lagi pengertian dari Macapat ini. Dalam setiap baris macapat biasa disebut dengan gatra, didalam gatra tersebut memiliki jumlah suku kata yang disebut dengan guru wilangan dan memiliki akhiran yang sama disebut dengan guru lagu.

Macapat memiliki 11 macam tembang, dan menurut orang jawa percaya bahwa kesebalasan tembang macapat ini memiliki makna yang dalam yaitu mengenai kehidupan manusia dari ruh hinggal meninggalnya. (1) Maskumambang, artinya emas adalah suatu hal yang berharga sama seperti anak dalam kandungan. (2) Mijil, artinya keluar atau lahir ke dunia, (3) Kinanthi, artinya adalah dituntun atau dibimbing oleh orang tua. (4) Sinom, artinya anak muda atau masa pubertas seorang anak. (5) Asmarandana, artinya masa dimana seseorang jatuh dalam cinta atau mabuk cinta. (6). Gambuh, artinya adalah jumbuh atau bersatu dalam cinta yang berarti menikah. (7) Dhandanggula, yang berarti kehidupan yang mapan dan sudah harmonis. (8) Durma, artinya wujud rasa syukur dengan membantu saudara kita atau orang disekitar kita. (9) Pangkur, artinya menyingkirkan hawa nafsu atau memulai makin mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa, (10) Megatruh, atau bisa dibaca megat ruh yang berarti melepaskan roh, dimana artinya pada masa ini manusia telah meninggalkan badannya. (11) Pocung, artinya manusia yang dibungkus dengan kain kafan putih. Waw bukankah sangat filosofis sekali orang Jawa dalam memberikan makna di setiap jenis-jenis macapat, maka dari itu  Macapat sangat memiliki makna dan nilai-nilai kehidupan yang baik.

Sampai dengan saat ini warga Yogyakarta masih dan terus berusaha melestarikan Macapat ini dengan mengajarkan kepada anak-anak sejak dini dan dimasukan kedalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Jawa di setiap pendidikan dasar, tidak hanya di pendidikan dasar, di SMP pun tetap diajarkan agar Macapat ini diharap bisa menjadi sebuah budaya yang tidak akan luntur dan terus tertanam dalam setiap rakyat Yogyakarta.

Tadi adalah sedikit sejarah singkat dari Macapat ini, ternyata Macapat ini sudah lama adanya dan menjadi saksi sejarah bagaimana masa Majapahit, tidak hanya itu Macapat ini juga sangat berguna bagi pengetahuan rakyat Yogyakarta. Jika macapat ini kian tahun makin luntur, maka akan sangat disayangkan jika budaya Yogyakarta ini hilang dari peradaban, padahal nilai nilai yang terkandung dalam macapat ini cukup kompleks.

Berbicara mengenai macapat, seni suara ini juga termasuk kedalam jenis budaya kepandaian manusia dimana macapat merupakan  bentuk atau hasil dari budaya yang berbentuk seni suara. Budaya Macapat ini tidak boleh menghilang dari Yogyakarta, maka dari itu sangat penting budaya ini untuk di lestarikan.

Diambil dari Tribunjogja.com bulan November kemarin ternyata Pemerintah Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta telah mengadakan acara Gelar Macapat dengan tema "Ngudi Murih Lestari lan Ngrembakaning Budaya" yang berarti melestarikan budaya serta mengembangkannya. Dari tema yang diangkat oleh Dinas Kebudayaan jelas sekali bahwa pemerintah Yogykarta menginginkan budaya macapat ini tetap dilestarikan dan dikembangkan dengan harapan tidak akan punah sampai kapanpun, oleh karena itu Gelar Macapat ini diadakan.

Gelar Macapat ini jika diidentifikasi menggunakan identitas budaya dapat jelas terlihat, dikaji dari teori diatas dalam berita Gelar Macapat yang di terbitkan oleh Tribunjogja.com adalah bahwa didalam berita tersebut menunjukan adanya sebuah budaya yang ditonjolkan, yaitu budaya Yogyakarta itu sendiri, dan budaya yang diangkat dalam beritanya adalah berita mengenai Gelar Macapat yang dimana macapat merupakan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Identitas budaya juga memiliki pengertian bahwa budaya itu memiliki setiap ciri-cirinya, nah didalam Macapat ini terdapat jelas sekali bahwa ciri-ciri dari Macapat adalah menggunakan bahasa Jawa, bahasa jawa adalah bahasa yang sangat kental dengan Yogyakarta, tidak hanya itu Macapat juga mempunyai makna serta nilai dibalik seni suaranya tersebut. Yetti selaku Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta mengatakan bahwa tembang macapat bukanlah sekedar hiburan atau lagu semata, namun terdapat karya sastra yang menarik dibaliknya serta nilai yang terkandung sangat luar biasa.

Sekian dari artikel saya, terima kasih.

#kabuajyuas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun