Kesimpulan
Berdasarkan uraian diaas, maka dapat disimpulkan bawha hal ini merupakan alat atau ukuran yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana karyawan telah mencapai tingkat kekayaan yang diinginkan. Indikator ini berbeda-beda tergantung pada tujuan, preferensi, dan kondisi masing-masing karyawan. Namun, secara umum, dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu objektif dan subjektif.
- Indikator objektif, yaitu yang berdasarkan pada data atau angka yang dapat dihitung atau diukur secara pasti.
- Indikator subjektif, yaitu yang berdasarkan pada persepsi atau perasaan karyawan terhadap tingkat kekayaannya.
Beberapa asumsi, yaitu kekayaan adalah relatif, dinamis, dan multidimensi. Indikator ini juga memiliki beberapa kelemahan atau kritik, yaitu indikator objektif tidak selalu akurat dan indikator subjektif tidak selalu valid.
Oleh karena itu, kita harus menggunakan indikator ini dengan bijak dan tidak hanya mengandalkan satu jenis indikator saja. Setiap orang harus menyesuaikan indikator yang sesuai dengan tujuan, preferensi, dan kondisi mereka masing-masing. Kita juga semestinya menyadari bahwa kekayaan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, seperti kebahagiaan, kesehatan, atau kontribusi sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H