Allah SWT sebagai satu-satunya pemilik kehidupan, memiliki seperangkat aturan yang sudah tinggal dipakai oleh manusia. Segala aktivitas yang dilakukan seharusnya kembali kepada hukum asal perbuatan manusia. Yakni, standar halal dan haram.
Allah SWT dan Rasulullah Saw telah memberi peringatan kepada manusia sebagai patokan. Memilih aktivitas yang Allah SWT ridhai dengan berpedoman pada segala aturan-Nya, seharusnya menjadi prioritas. Maka kita akan tersibukkan dengan aktivitas kebaikan dan tidak akan terjadi kita disibukkan dengan aktifitas kebatilan. Insyaallah.
Jika tidak ingin merugi kelak di akhirat, maka selalu kumpulkan aktivitas yang mendatangkan pahala. Ingat pula jika Rasulullah Saw pernah menggambarkan efek dari dosa-dosa kecil yang dikumpulkan. Ibaratnya mengumpulkan ranting-ranting yang bisa membakar dan mendidihkan air dalam belanga. Akumulasi dosa-dosa kecil yang tanpa disadari oleh manusia, bisa berefek buruk kelak di akhiratNya.
"Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia sedang duduk di bawah gunung dan ia takut gunung tersebut jatuh menimpanya. Dan seorang fajir (yang selalu berbuat dosa) memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di hidungnya lalu ia berkata demikian (mengipaskan tangannya di atas hidungnya) untuk mengusir lalat tersebut". (HR. Bukhari)
Dan terkadang amalan tersebut remeh, rendah menurut kita, ternyata di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, menurut para shahabat radhiyallahu 'anhum tergolong dosa yeng membinasakan dan akhirnya menyeburkannya ke dalam neraka.
"Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya kalian benar-benar melakukan perbuatan-perbuatan yang di mata kalian lebih tipis daripada rambut, tetapi kami di zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menganggapnya sebagai dosa-dosa yang membinasakan".(HR. Bukhari)
Jangan sampai kita menjadi manusia merugi saat di akhirat nanti. Tinggalkan kapitalisme sekulerisme hijrah ber-Islam Kaffah. Wallahu alam