Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis menempuh pendidikan jurusan Fisika, pernah menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, dan beberapa antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Mengejar Jodoh Juleha (6a)

11 Desember 2023   11:11 Diperbarui: 11 Desember 2023   11:21 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah gadis tomboi yang berliku dalam menemukan jodohnya. Ikuti kisah Juleha by Danu. Dilarang copas, ygy.

Juleha terus mengejar emak ke dalam kamar. Dia makin penasaran tentang Pak Atmojo dan hubungannya dengan Wika.

"Bersihin dulu wajahmu! Katanya make up mahal ... kena ingus kok bablas gitu!"

"Bikin anak penasaran merupakan ladang dosa jariyah, loh."

"Dosa apaan?"

"Menyembunyikan misteri Pak Atmojo."

Berbagai pertanyaan tersusun rapi di otak Juleha. Dia akan maju terus pantang mundur hingga emak menyerah.

"Di lu--ar ada Yu Linik sama Wika," bisik emak.

"Duh! Baheyong ini, Mak. Gimana kalau aku dikeroyok?"

"Sini ponselmu! Buruan keluar biar emak rekam semua adegan dari sini!"

Juleha takjub dengan ide emak yang kadang brilian. Dia baru menyadari sifat randomnya memang murni titisan Nyai Safinah, istri kedua Juragan Akim. 

"Mak ... Mbak Wika." Juleha menyapa dengan nada takut. "A--da apa?"

"Leha, harusnya kamu bilang sejak awal kelakuan Anusapati. Biar kagak ada drama kek gini," kata Mak Linik yang wajahnya masih sembab.

"A--nu ..., Mak. Ceritanya panjang."

Karena ingin meluruskan kesalahpahaman, Juleha menceritakan semua yang terjadi antara dia dan Anusapati.

Wika tampak kecewa dan sakit hati, tetapi dia bersyukur dapat terlepas dari jeratan maut Anusapati berkat adik tirinya. Mak Linik kembali tergugu karena merasa malu kepada para tetangga. 

"Mereka pasti gosipin kita, Wik. Mulut-mulut mereka kan julid," kata emak sambil terisak.

"Seenggaknya Wika tidak masuk perangkap bos mebel yang banyak hutangnya, Mak."

"Katanya kamu mau minta maaf sama Juleha?"

Wika terbelalak saat Mak Linik menodong kata maaf. Juleha pun dapat menangkap keengganan di Wika. Tetapi, dia hanya diam sambil menunggu sikap kakak tirinya.

"Ha, makasih udah nyelamatin aku. Maaf karena tadi aku marah kek gitu. Aku bingung, kesel, ngrasa diboongin, dan malu."

"Santai aja, Mbak." Jawab Juleha kikuk. "Eh, Mak Linik sama Mbak Wika nggak pengin ketemu emak?"

Suara benda jatuh dari kamar membuat Juleha panik, bisa tekor kalau ponselnya yang terbanting. Dia segera lari ke kamar diikuti oleh Wika dan Mak Linik. Ternyata, emak tidak sengaja menjatuhkan speaker active mini dari meja rias. 

"Kamu itu sudah tuwir, tapi kelakuan balita. Ngapain nguping segala, Safinah? Mbakyumu datang malah ngumpet."

"Abisnya ..., gimana ya? Takut bahagia di atas berita duka cita, eh, keceplosan."

"Bener-bener dah istri Kang Akim. Nih, rasain!"

Mak Linik menjewer telinga adik madunya tanpa ampun hingga membuat Juleha dan Wika terbahak. Selalu ada hikmah di balik musibah, batalnya lamaran Wika secara tidak sengaja menjadi perantara rukunnya istri-istri bapak.

"Kami pulang dulu, Nah. Nanti Bang Akim ngira kita berantem lagi."

"Ya, Yu." Kata emak sembari mencium tangan Mak Linik. "Kamu yang sabar, Wik. Bibik doain dapat jodoh yang bener dunia akhirat."

Empat perempuan tersebut mengakhiri pertemuan dengan perasaan yang lega. 

***

Juleha menyampaikan niatnya kembali ke kota, tetapi emak sangat keberatan. Dia tahu emak khawatir pasca batalnya lamaran Wika akan memancing masalah dengan pihak Anusapati. Alasan lain yang dari dulu jadi senjata emak adalah tidak ingin anak semata wayangnya ini jadi perawan cilukba alias seret jodoh karena keasyikan kerja. Dia bisa saja menyetujui permintaan emak. Toh, bapak pernah bilang agar dia mengurus tambak udang.

"Nurut sama emak, Ha. Hidupmu bakalan aman, damai, sejahtera."

"Aku masih ingin berpetualang cari pengalaman, Mak."

"Mau jemput bahaya ketemu sama Anusapati? Dia pasti dendam dan bikin celaka kamu."

"Jangan nyumpahin kayak gitu, Mak."

"Emak mohon, Ha. Kamu berhenti kerja lalu bantuin bapak urus tambak."

Sebagai anak berbakti, Juleha tidak ingin mengecewakan emaknya. Dia mengangguk demi kebahagiaan kunci surganya. 

***Bersambung***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun