Persepsi kenakalan anak sebagai pencarian jati diri sudah semakin salah kaprah. Pembiasaan tingkah laku sepele bisa menjerumuskan anak dalam tindakan paling buruk yaitu pidana.
Kenakalan anak yang mengarah pada tindak pidana semakin hari semakin memprihatinkan. Bukan saatnya saling tuding, saling tuduh dan mencari kambing hitam tentang salah siapa di balik tindak kriminalitas.
Orang tua tentu sudah berusaha semaksimal mungkin-bahkan bisa jadi super protektif-tapi kembali lagi pada kepribadian sang anak. Bisa jadi anak tersebut ibarat pet yang jinak saat di rumah tapi berubah beringas saat bertemu komunitas satu server.
Lingkungan, mau tidak mau, menjadi titik tolak pribadi seseorang dalam mengasah karakter yang tertanam. Lingkungan adalah medan sesungguhnya bagi seseorang anak untuk dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Pembentukan karakter anak-sebelum terjun ke lingkungan yang lebih luas-sangat ditentukan oleh keluarga. Anak diibaratkan kanvas yang akan menyerap segala warna. Membentuk karakter anak adalah kombinasi keras, tegas, lembut dan penuh kasih sayang.
Mendidik anak terlalu keras akan berdampak negatif pada psikis sang anak. Anak akan cenderung frontal untuk melampiaskan rasa trauma atau dendamnya. Mendidik anak terlalu lembek akan berdampak pada kemandirian sang anak yang labil.
Keluarga sudah selayaknya menjadi tempat bernaung yang memberi rasa nyaman pada sang anak. Perhatian merupakan hal yang dibutuhkan oleh sang anak. Meluangkan waktu untuk berbagi cerita akan meningkatkan kualitas ikatan batin antara orang tua dengan anak.
Interaksi dapat terbentuk dengan baik maka anak akan lebih terbuka ketika menemukan kendala atau masalah.Â
Anak tidak hanya memerlukan pendidikan formal semata. Anak perlu dibekali pendidikan non formal terkait norma, adat istiadat, sopan santun, pengetahuan hukum dan sanksi agar lebih siap saat terjun dalam pergaulan yang lebih luas.
Biarkan anak mengeksplor diri bersama teman-teman. Membiarkan dan membebaskan bukan berarti melepas begitu saja. Orang tua tetap harus melakukan pengawasan dan pemantauan agar tingkah laku anak tetap tercover.Â
Pemberian fasilitas pada sang anak pun disesuaikan dengan kebutuhan. Karena fasilitas yang berlebih jug tidak bagus untuk manajemen emosional sang anak. Ada kalanya anak harus tahu kondisi finansial dari orang tua agar paham bahwa tidak semua keinginan harus dituruti.