Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis pernah menempuh pendidikan jurusan Fisika. Dia menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, Dongeng Semua Tentang Didu, Pantun Slenco, dan antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korelasi antara Resesi Sex, Zero Growth, dan Kesuksesan Program Keluarga Berencana

9 Januari 2023   15:28 Diperbarui: 9 Januari 2023   15:35 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN pernah direpotkan dengan peningkatan populasi di negara kita. Penyuluhan di berbagai kesempatan digalakkan agar populasi penduduk terkendali.

Berbagai slogan seperti : dua anak cukup; dua anak lebih baik; ayo ikut KB dua anak cukup; berencana itu keren, dua anak lebih sehat menjadi andalan BKKBN untuk menumbuhkan kesadaran penduduk tentang pentingnya merencanakan keturunan.

Kesuksesan program KB bisa dilihat secara signifikan dari tahun ke tahun. Pasangan produktif dengan sukarela membersamai ajakan pemerintah untuk ber-KB. 

Dilema mulai timbul ketika beberapa wilayah tercatat mengalami zero growth di tengah merebaknya isu resesi sex. Apalagi beberapa publik figur secara terang-terangan memilih hidup tanpa anak atau child free. Pernyataan publik figur ini tentu hanya sampling dari sekian banyak penduduk dengan pilihan yang sama. 

Seberapa besar dampak suatu wilayah jika sampai terkena resesi sex? Untuk jangka pendek bisa dikatakan belum berpengaruh. Namun untuk jangka panjang, jika populasi penduduk konstan atau justru menurun maka dapat berakibat fatal pada aspek kehidupan.

Apa yang menjadi latar belakang penduduk (kelak) enggan menyalurkan libido melalui hubungan sex?

Yang pertama yaitu kompleksitas masalah komitmen terutama dalam ikatan pernikahan.  Apalagi jika kedua belah pihak sudah merasa mapan dalam hal finansial sehingga Masing-masing berpegang pada ego yang keras. Buah hati bukan lagi target kebahagiaan dan sex bukan satu-satunya yang harus dikejar.

Yang kedua yaitu pandangan anak adalah beban. Mulai dari beban ekonomi, pendidikan hingga masa depannya. Apalagi jika anak lahir di luar ekpektasi (hamil duluan atau hamil tanpa nikah) yang menyebabkan seseorang menjadi single parent. Kekhawatiran ini dapat menurunkan minat tentang sex.

Yang ketiga ekonomi. Dalam kondisi ekonomi lemah maka penduduk akan cenderung tidak ingin punya anak. Dalam kondisi ekonomi stabil atau justru menguat, penduduk akan disibukkan dengan kerja, kerja dan kerja. 

Yang keempat pengetahuan tentang sex yang tidak memadai. Sex merepotkan, menyakitkan, melelahkan hingga menjijikkan adalah alasan seseorang enggan melakukan hubungan sex.

Itulah beberapa faktor yang menjadi sebab menurunnya minat penduduk terhadap hubungan sex. Negara memang selalu dihadapkan dengan dilema dari program yang telah diterapkan. Di satu sisi, pemerintah terus menggalakkan KB. Di sisi lain, pemerintah harus tetap memberi informasi atau penyuluhan tentang pentingnya sex, pernikahan dan perilaku sex yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun