Perihal ibu tidak pernah ada kata tamat untuk mengakhiri kisahnya. Cerita yang terus dicatat dalam otak itu bernama kenangan.
Begitu bibirnya penuh dengan kebohongan yang sempurna demi anak. Apakah itu salah? Kata-kata yang sering jauh api dari panggang terpaksa diucapkan hanya untuk menghibur sang buah hati.Â
Seorang ibu rela menyakiti dirinya sendiri, rela menahan lapar, rela kedinginan bahkan rela menanggalkan harga diri demi kebahagiaan sang anak. Tidak ada pamrih dari segala pengorbanannya.
Letih, lelah dan kerepotannya akan menghadirkan lengkung sabit paling manis saat anak-anaknya sukses.Â
"Itu anak saya."
Kalimat yang mungkin hanya terpatri dalam hati. Betapa keringatnya selama ini tidak sia-sia. Apalagi kalau ada kabar bahwa sang anak sudah mapan secara finansial dan spiritual.Â
Bukan materi yang dikejar oleh ibu. Wanita yang telah bertaruh nyawa-beberapa puluh tahun silam saat melahirkan sang anak-hanya berharap anaknya patuh dan taat pada perintah Tuhan. Karena jika Tuhan sudah berada di hatinya maka segala sesuatu akan berjalan pasti bermuara pada kebaikan.
Seorang ibu akan tetap peduli pada anak meski mereka sudah berumah tangga. Kasihnya bak tangan malaikat yang akan mendekap setiap mereka pulang baik berbagi kebahagiaan maupun kesedihan.
Segala bentuk kasih sayang ibu pada anaknya akan terputus saat Tuhan menjemput nyawanya untuk kembali pulang ke sisi-Nya.Â
Hanya doa dan doa yang dapat kita persembahkan untuknya agar Tuhan mengampuni segala dosa dan khilaf selama di dunia, mendapat tempat terindah di sisi Tuhan hingga kelak kita dapat berkumpul kembali.
Bagi saudara yang masih memiliki ibu, bahagiakan beliau sepenuhnya. Bagi saudara yang ibunya sudah berpulang, luangkan waktu untuk memanjatkan doa-doa terindah.