Mohon tunggu...
Afi
Afi Mohon Tunggu... Wiraswasta - pembelajar

email: danusukendro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ujung Pangkal Keprihatinan Politik

7 Oktober 2014   02:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:08 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_346347" align="aligncenter" width="450" caption="http://kartun.rmol.co/read/2011/05/24/28018/36/CALO-DPR-"][/caption]

KEMANA Nurani? Nurani sudah transmigrasi nun jauh di sana, kata seorang rekan. Dalam konteks politik, nurani betul-betul sudah pergi. Hal fundamental, perjuangan rakyat, hanya lips service belaka.

Adakah kontrak politik konstituen dengan para wakilnya? Apakah konstituen memilih wakil itu berdasarkan keyakinan, mereka adalah orang-orang yang pantas?

Pada gilirannya, kita tidak buta, pertimbangan money politic yang terang-terangan di siang hari justru mendominasi Pemilu legislatif. Calon wakil rakyat menyuap. Rakyat disuap. Sebuah proses hubungan timbal balik yang memprihatinkan.

Menilik proses awal yang demikian, tidak heran, jika beginilah panggung politik dewasa ini. Politik kerakyatan hanyalah mimpi. Hal dominan justru politik elit. Gap antara partai politik dan rakyat semakin besar. Seharusnya ada frame kepentingan rakyat dan bangsa dalam setiap pertimbangan. Namun, jauh panggung panggang dari api.

Wakil rakyat yang di sana bahkan sudah menganggap 'lunas' pertanggungjawabannya. Lalu, mereka menari-nari. Intrik. Pertarungan. Saling menghabisi.

Mereka tak juga kembali ke Daerah Pemilihannya. Hingga, suatu kali, lima tahun mendatang, mereka akan kembali untuk membeli dukungan itu.

Ayolah. Kejadian ini menjadi bahan instropeksi. Jangan beli kucing dalam karung. Lima tahun lagi, kenali calon wakil rakyat kita. Pertanggungjawabkan pilihan, Pasang mata, pasang telinga. Sekali jatuhkan pilih, tolak money politic, bikin kontrak politik. Itupun kalau tak golput... ? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun