[caption id="attachment_347787" align="aligncenter" width="624" caption="foto : kompas.com"][/caption]
ANTARA sesak dan bangga, aku menatap kalian. Skor yang tak menyenangkan. Mengiris hati. Tapi, perjuangan kalian, sudah menghiburku. Meski, menyisakan sebuah tanya yang mengganjal; ada sesuatu yang salah di negeri ini...
Ketika itu, di bawah tekanan, kalian menggocek bola, dengan tenang. Mengobrak-abrik pertahanan lawan. Gerakan eksplosif sayap membuat lawan takut. Ya, mereka merapat di depan gawang.. Mereka.. Ya mereka yang konon diperkuat punggawa beberapa klub besar Eropa, ketakutan menatap kalian..
Pada akhirnya, kalian menangis. Ya, ini adalah pelajaran besar bagi kalian, timnas U-19 kebanggaanku. Setahun belakangan ini, kalian membuaiku sebagai sebuah tim atraktif, berkarakter, berani dan hebat.
Jika ada sesuatu yang salah, itu adalah euforia yang menggelayuti kami, euforia di layar televisi, euforia di PSSI. Kalian menjadi bintang melambung tinggi. Euforia itu belum saatnya.
Kalian memang hebat. Atraktif. Skill individu ciamik. Penampilan kalian selalu kutunggu-tunggu. Bahkan, menanti tinggal beberapa jam, terlalu lama rasanya.
Euforiaku, bahkan ratusan juta orang ini-lah mungkin yang salah.. Di mata kami, kalian bahkan telah juara, sebelum kejuaraan sesungguhnya digelar. Target yang begitu tinggi juga mungkin salah. Bahkan, kami lupa, kalian masih harus merangkak, menuju puncak yang masih begitu jauh. Kami mengkarbit kalian menjadi bintang.
Semuanya, berlalu. Kami bangga, sampai sekarang pun kami bangga. Aku pun masih tak sabar, menunggu beberapa jam lagi, kalian di layar televisi.
Aku pun tak sabar lagi, menunggu tahun-tahun mendatang, kalian menguasai persepabolaan Asia, dengan ciri khas permainan yang sekarang. Dan, kuharapkan semakin matang. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H