Kemarin gua dapet BBM dari adek kelas gua di Teknologi Pendidikan UNJ, namanya Rifqah Fauziyyah. Dia mau curhat mengenai passion tapi ceritanya panjang banget katanya. Sampe akhirnya dia nulis dokumen terus dikirim ke email gua. 2 halaman word ternyata.
Jadi dulu dia pernah kepengen jadi ahli astronom untuk menunaikan harapan gurunya. Tapi seiring perjalanan doi suka gonta-ganti minat, mulai dari astronomi, nulis, biologi, taekwondo, travelling, fotografi sampe yang terakhir ekonomi. Ending curhatnya adalah, “Abis baca blog lo itu yg ttg passion gue jd mikir lagi apa passion gue setelah beberapa hobby yang gue suka gue lewatin skrg”
Thanks buat curhatnya Rifqah, karena curhat lo gua jadi terinspirasi buat nulis ini. Gua emang belom membahas lebih dalam mengenai passion. Kalo lo (pembaca) sama sekali belom tau passion itu apa, lo bisa baca sekilas mengenai passion disini (Abaikan 6 hal ini jika ingin masuk kuliah yang biasa-biasa saja).
Masalah yang dialami oleh si Rifqah sebenernya bukan dia seorangan sendiri yang ngalamin. Gonta-ganti minat kemudian nyari yang klik tapi belom dapet-dapet. Kalo pembaca disini juga ada yang mikir masalah ini juga cuma lo doangan yang ngalamin, jangan kepedean, orang-orang sukses juga banyak yang begitu.
Tapi sebelum itu ada yang mesti lo pahamin dulu tentang namanya passion. Passion is things that you really really really really really love. Ngomongin love disini kan kaitannya sama perasaan ya. Jadi kalo lo belom punya keahlian di suatu bidang tapi lo seneng aja buat ngelakuin hal itu ya bisa jadi itu passion lo. Bangun lebih awal, tidur lebih larut buat apa coba? Bukan buat jadi cabe-cabean, tapi buat nekunin passion-nya. Terus ngembangin diri dan belajar meskipun mahal atau terus berkarya meskipun gak dibayar. Kepuasannya adalah ketika menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain ketika bergelut dengan passionnya. Jadi ini lebih ke soal rasa. Tolak ukurnya bukan uang, penghargaan atau jabatan.
Di buku 8 to be great karya engkong gua, Richard St. John (engkong lo? Iya engkong gua, sayang aja dia gak kenal gua sebagai cucunya), beliau menulis bahwa ada dua tipe orang yang berkaitan dengan passion, yang pertama Strivers (Para Pejuang), buat orang-orang yang tau apa yang mereka sukai DAN akan mengejarnya. Yang kedua, Seekers (Para Pencari), buat orang-orang yang tidak tahu apa yang mereka sukai DAN ngerasa perlu untuk menemukannya.
Kasusnya yang dialami Rifqah (dan gua juga sebenernya) masuk ke tipe Seekers. Gak tau, tapi masih mau nyari tau. Gimana cara nyari taunya? Rene Suhardono nulis dibukunya yang berjudul “Your Job Is Not Your Career”, nyari passion bukan kayak nyari benda hilang yang terselip entah dimana. Passion itu udah ada di dalam diri kita sendiri. Coba tengok masa lalu kita, ada gak hal-hal yang bikin kita bahagia? Tim Clark, dkk juga nyaranin di “Business Model You” buat inget-inget masa kecil kita, dan aktivitas apa yang membuat kita senang? Masa kecil bukannya masa terjujur dan terpolos kita?
Yang perlu kita lakukan adalah berlaku jujur dengan kita sendiri. Refleksi. We are Unique! We already have it! Masalahnya yang sering terjadi adalah kita mau jadi musisi, tapi orang tua maunya di akuntansi. Mau jadi penulis, tapi gaya hidupnya kayak selebritis (emang bisa baru mulai nulis bisa dapet duit banyak kayak artis?). Yah kalo udah begitu mah, akhirnya kita ragu untuk mengikuti kata hati kita. Mungkin nanti akan gua bahas, pilih kata hati atau uang?
Kalo emang lo masih belom kebayang ya santai aja. Lo bisa coba banyak jalan untuk menemukan panggilan hati lo. Berikut ini adalah beberapa tokoh yang harus mencari “dorongan hati” mereka terlebih dahulu sebelum melesat menuju puncak kesuksesan mereka.
Ini Robert Munsch.
Gua kutip kata-kata beliau di buku 8 to be Great. “Aku belajar untuk menjadi seorang pendeta, dan semuanya berakhir berantakan. Aku mencoba bekerja di peternakan, mereka tidak menyukaiku. Aku bekerja di kapal, kapalnya tenggelam. Aku mencoba berbagai hal berbeda, dan tidak berjalan dengan baik. Tetapi, aku tidak menyerah. Aku terus berusaha, dan akhirnya aku mencoba melakukan sesuatu yang bisa berhasil baik.”
Dengan passionnya dalam menulis cerita anak-anak, doi udah menjual lebih dari 40 juta buku di 20 negara. Nih websitenya, http://robertmunsch.com/books.
Yang berikutnya, tau itu foto siapa diatas? Foto orang kak. Iya gua tau, nenek-nenek salto juga tau itu foto orang. Namanya siapa? Namanya, Elli Davis. (Gua juga baru tau abis buka buku, bahaha).
Nih kata doi, “Aku seorang guru, tetapi aku suka membaca tentang iklan real estate, dan aku senang melihat acara open house di akhir pekan. Aku takut untuk mencoba real estate, tetapi jika aku tidak pernah mencobanya, aku tidak akan pernah tahu sebagus apakah aku dibidang itu. Anda harus mencobanya. Just do it.” Sekarang? Liat aja websitenya dan profilnya http://ellidavis.com/about/elli-davis.
Nah sekarang, gua minta tolong sama pembaca buat melakukan dua hal. Pertama, tulis hal-hal apa aja yang bikin lo bahagia untuk melakukan itu meskipun lo gak punya keahlian sama sekali. Ini butuh refleksi, ya lo butuh waktu untuk memikirkan diri lo sendiri sejenak. Yang kedua, tentukan apa yang ingin lo tekuni setelah ini dan gimana langkah awal lo untuk menekuninya? Gampang kan? Setelah lo selesaikan dua hal ini. Kita bisa diskusi lebih lanjut tentang passion lo melalui kotak komentar di bawah ini.
Jangan lupa juga, ketika proses refleksi, lo berdoa kepada Yang Maha Memberi Petunjuk. Karena semua inspirasi dan petunjuk datangnya dari Tuhan. Mengutip kata-katanya Yusuf Mansur, Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Jika kita melibatkan Tuhan, maka kita akan dibantu untuk menemukan potensi diri kita dan diarahkan jalan yang terbaik untuk kita. Jika Dia dengan mudah bisa menciptakan alam semesta ini dan mengatur agar seimbang selama berjuta-juta tahun. Kalo cuma nunjukin passion lo apa ini mah perkara yang gampang buat Tuhan. Bahasa anak Sdnya mah, gampil!
Buat pembaca yang punya pengalaman menjadi Seeker, gua mohon tolong share pengalaman-pengalaman mengenai pencarian passion lo melalui kolom komentar di bawah. Cerita lo bisa jadi menginspirasi buat orang lain. Yang paling inspiratif gua harap lo bisa berbagi lebih lanjut di blog ini.
Temen-temen yang ngerasa artikel ini bermanfaat, semoga bisa bantu untuk share artikel ini ke orang-orang yang kira-kira membutuhkan artikel ini. Pembahasan mengenai apa itu passion dan bagaimana cara menemukannya sangat langka kita temukan di pendidikan negeri ini.
Talk to you soon. Danur.
“Passion is things that you really really love doing. Your passion is your strength. And your strength is not about what you’re good at. It is about what you enjoy the most. Mencari passion tidak seperti mencari benda hilang yang terselip entah di mana. Passion anda sudah ada di dalam diri anda sendiri. It is within you. It is your uniqueness.”
Rene Suhardono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H