Mohon tunggu...
ahmad danuji
ahmad danuji Mohon Tunggu... -

membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Pembela Pengembang, Rizal Ramli Pembela Kaum Papa?

31 Agustus 2016   00:07 Diperbarui: 31 Agustus 2016   08:09 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber foto:bosman batubara
sumber foto:bosman batubara
Kalau Anda cuma berani menggusur kawasan macam Kampung Pulo dan Bukit Duri, itu namanya Anda "tajam ke bawah tumpul ke atas". Sebab, jika argumen ilegalitas yang selama ini sering dipakai sebagai alasan diikuti, maka bangunan hasil konversi lahan di jakarta yang melibatkan pengembang besar itu, pada zamannya juga ilegal (melanggar spatial plan (bosman batubara 2016)

Begitupun dengan berbagai fasilitas hasil pembangunan  hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu. Pelayanan sosial yang tidak memihak kaum miskin. Kesehatan dan pendidikanpun juga demikan. Padahal. Demokrasi yang dianut bangsa kita secara subtansial pengajarkan betapa petingnya  keadilan sosial. Artinya keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat,kedilan yang melintasi batas sekat-sekat strata sosial, materi, ras, serta agama.

Hal itu berbeda dengan sosok Rizal Ramli yang berani malawan arus pembangunan yang hanya berorientasi pada fisik.tetapi mengabaikan nilai-nila kemanusiaan dan keadilan sosial yang menyeluruh.  Karena itulah setiap kebijakan rizal ketika menjabat menjadi kepala bulog, menteri koordinator bidang perekonomian hingga menjadi menteri keungan era prisiden gus dur selalu didasarkan pada aspek manusia tidak lantas melakukan dengan cara yang hitam putih semata.

Sikap itu bisa kita lihat misalnya pada kasus reklamsi pulau G, Rizal begitu ngotot untuk menghentikan proyek reklamasi yang dinilainya menghalangi kerjna nelayan. Pasalnya proyek reklamasi itu sudah menyalahi aturan Master Plan yang sudah ditetapkan. Misalnya membiarkan kabel PLN tertata secara tidak teratur hingga menghalangi kapal-kapal para  nelayan. Pembangunan memang dibutuhkan,tapi harus dengan cara-cara yang manusiawi. Bukankah demikian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun