Membaca Kedekatan Soekarno dan NU
Judul: Soekarno dan NU: Titik Temu Nasionalisme
Penulis: Zainal Abidin Amir dan Imam Anshori Saleh
Penerbit: Penerbit LkiS Yogyakarta
Edisi: Juni 2013
Halaman: 180 halaman
peresensi        :Ahmad Danuji
Dalam literatur sejarahkeindonesian kedekatan bapak proklamasi Soekarno dan Jamiyyah Nahdlatu Ulama (NU) mungkinselama ini kurang begitutertulis dalam lembaran-lembaran sejarahnasional kita. Padahal dalam beberapa literatusmasyarakat santri, soekarno dan nu menjalin hubungan yang sangat intim. Dan fragmen-fragmen cerita kedekatan soekarno dan NU tersimpan rapi dalam sejarah kaum santri. Ambil contoh misalkan ketika soekarnosowan ke Kiai Hasyim Asyari terkait menanyakan ide tentang jihad. Bahkan soekarno kerap datang ke Tebu Ireng untuk konsultasi kepada Kiai Hasyim tentang banyak hal. Darifragmen ini sejatinya sangat jelas bahwa NU memiliki hubungan yang sangat dekat dengan soekarno.
Titik temu antara soekarno dan NUsebenrnya ada pada kesamaan visi dan misi. Salah satunya untuk melawan kolonialisme belanda. Oleh sebab, Sejarah lahirnya Bangsa Indonesia tidakbisa dilepaskan dari peran serta kerja keras para kiai yang begitu gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari cengkraman penjajah. Menurut Gugun El-Guyanie perankiai sekurang-kurangnya bisa digolongkan menjadi dua macam. Pertama, perjuangan secara fisik. Kedua, dalam hal gagasan. Secara fisik mereka buktikan dengan mendeklarasikanseruan jihad untuk mengusir penjajah yang berusaha merebut Indonesia kembali yang di motori Kiai Hasyim Asy’ari pendiriOrmas Islam Nahdlatul Ulama ( NU).
Ide untuk menyerukan jihad yang dimotori Kiai Hasyim bukan tanpa sebab, melainkan adanya sebuah fakta kembalinya penjajah ingin mengusai Indonesia.Maka berkumpul para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO, Jl. Bubutan VI/2 Surabaya pada 21 Oktober 1945 untuk membahahas Resolusi Jihad. Seruan ini termasuk sukses karena mampu menggerakkan ribuan mujahid yang datang dari penjuru daerah memenuhi Kota Surabaya untuk mengusir penjajah yang berkeinginan menduduki Indonesia kembali. Inilah perang paling fenomenal yangpernah ada dalam sejarah nusantara yang dikemudian hari terkenal dengan peristiwa 10 November 1945.
Peristiwa sejarah tersebut sejatinya membuktikannasionalisme kiai sudah tertancap sebelum republik ini merdeka, dantidak berlebihan jika jasa para kiai terbentuknya negeri initidak terhitung materi karenamereka rela mengorbankan nyawa dan harta benda untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia. Bahkan kiai selalu hadir dalam situasi yang genting dan penting. Dalam sutuasi genting mereka hadir dengan menyerukan Resolusi Jihad untuk mengusir penjajahan yang berusaha menduduki Indonesia. Dalam situasi penting mereka hadir dan berpartisipasi dalam merumuskan Dasar Negara RepublikIndonesia yangbaru merdeka.
Buku setebal 18o halaman karya Zainal Abidin Amir ini akan mengungkan sejarah kedekatan NU dengan presiden soekarno dan bagaiman NU sendiri sebagai organisasi sosial keagaamaan memiliki jasa besar terhadap terbentuknya Republik Indonesia. Gagasan NU tentang nasionalime kebangsaan telah memberikan inspirasi bagi republik ini untuk membangun vondasi nasion state bukan atas dasar kesukukan akan tetapi atas nama bangsa indonesia.
Peresensi adalah Pustakawan pada Gus Dur Scriptorium Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H