"Kelak kamu akan menjadi orang kepercayaannya sekaligus bakal menjadi pengganti kepemimpinannya. Inilah makna mimpimu itu", pungkas sang pendeta. "Aku mendapatkan informasi ihwa ciri-ciri dan sifat-sifat Muhammad di dalam kitab Taurat, Injil, dan Zabur. Sungguh, aku sendiri sudah mengikuti agamanya. Hanya saja aku menyembunyikannya". Usai mendengar penjelasan sang pendeta tentang sifat-sifat Nabi, Abu Bakar luluh hatinya dan merasa rindu untuk bertemu dengan Nabi di Mekah. Sesampainya di Mekah, Abu Bak tak membuang waktu, ia langsung mencari Nabi dan ia berhasil bertem. Sejak pertemuan itu, Abu Bakar jadi kian cinta kepada Nabi dan tidak pernah ingin berpisah.
Kondisi hati Abu Bakar seperti itu berlangsung cukup lama, hingga suatu hari Nabi bertanya kepada Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar setiap hari kamu mengunjungiku. Seringkali juga kamu duduk bersamaku. Namun mengapa kamu tidak masuk Islam?" Abu Bakar menjawab, "Jika kamu benar seorang nabi, tentu kamu memiliki suatu mukjizat". "Apakah belum cukup untukmu mukjizat yang kamu alami dalam mimpimu ketika kamu berada di Syam. Kemudian mimpimu itu ditafsirkan oleh seorang pendeta Nasrani yang juga sudah menyatakan keislamannya"?, desak Nabi. Lalu seusai mendengar sabda Nabi itu, Abu Bakar berikrar, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Al' dan kamu adalah utusan Allah".
Ketiga, masih dalam kitab Syaikh al-Mawaidz al-Usfuriyah Muhammad bin Abi Bakar mengutip hadis Nabi dari Abu Zal al-Ghafari. Abu Zhar bertanya: "Ya Rasulullah, tolong ajari aku amalan yang bisa mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka."
Nabi menjawab: "Jika kamu telah melakukan sesuatu yang buruk, maka lakukanlah Abu Zhar kemudian bertanya: "Apakah kalimat 'Laa llaaha Illaahu' termasuk kebaikan? Lalu Nabi menjawab: "Ya, pernyataan ini pun paling baik.
Keempat, dari Abu Hurairah yang mengaku pernah mendengar Rasulullah bersabda "Perbuatan seseorang tidak termasuk seseorang Masuk surga. Para sahabat bertanya, "Apakah kamu sama ya Rasulullah?" Dia menjawab: "Aku juga." Semua ini karena rahmat dan rahmat Allah* (HR. Bukhari). Dari sudut pandang pengajaran diperkenalkan empat tujuan retorika, yaitu korektif, instruktif, sugestif, dan defensif. Keempatnya dapat digunakan untuk mencapai tujuan Khotbah di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H