Retorika lebih sebagai sebuah keterampilan ketimbang pengetahuan. Karena retorika memperdalam dan juga memperbanyak praktik daripada teoritik. Oleh sebab itu Retorika banyak diketahui oleh orang sebagai keterampilan berbahasa yang efektif dalam bentuk lisan maupun tulisan. Keterampilan retorika terlihat saat seseorang memberikan pidato yang memikat audiens dengan menggunakan bahasa yang menarik dan kaya, intonasi yang menarik perhatian, dinamika yang mengalir dengan lancar, dan penggunaan rima yang menambah keindahan seperti dalam puisi.
Selain itu, seorang ahli retorika sering menggunakan humor untuk menghibur atau memecah kebekuan suasana di antara ungkapannya yang penuh gaya dan terkesan berlebihan, termasuk dalam bentuk sindiran yang tajam. Ahli retorika sering kali memanfaatkan kutipan-kutipan bijak dari nabi, filosof, atau pujangga sebagai tambahan dalam pidatonya. Para penceramah agama yang mahir dalam retorika juga sering menggunakan ayat al-Qur'an sebagai landasan teologis untuk mendukung argumen mereka.
Keterampilan merangkai kata-kata secara lisan seringkali mampu menggerakkan perasaan pendengar dalam berbagai macam emosi, mulai dari kesedihan hingga kegembiraan, dari kegeraman hingga kemarahan. Seorang motivator, pembicara, atau pihak yang memprovokasi demonstrasi umumnya memiliki kemampuan retorika yang cukup untuk memengaruhi pendengar dengan efektif. Keterampilan seseorang dalam mengekspresikan diri melalui tulisan tampak jelas ketika mereka mampu menciptakan karya-karya fiksi maupun non-fiksi yang lancar, menarik, dan substansial. Gaya penulisan mereka mengalir dengan indah dan kaya makna.
Seperti keterampilan retorika lisan, kemampuan retorika dalam penulisan yang baik melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap makna kata, frasa, dan kalimat. Selain itu, behasilnya tulisan juga ditunjang oleh penguasaan tata bahasa yang benar. Seorang penulis yang mahir dalam retorika umumnya memiliki pengetahuan yang luas, termasuk dalam logika, seni, filsafat, dan ilmu sosial.Â
Salah satu cara untuk menilai keefektifan retorika lisan seseorang adalah dengan mentranskripsikan percakapan mereka menjadi teks. Jika teks tersebut mudah dibaca, memiliki struktur gramatikal yang baik, dan minim redundansi atau pengulangan yang tidak perlu, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan retorika lisan orang tersebut cukup baik.
Demikian juga, jika tulisan seseorang dalam bentuk pidato atau pembicaraan disajikan secara efektif, menarik, dan estetis ketika diubah menjadi teks, maka kemampuan retorika tulisan orang tersebut dapat dianggap baik.Â
Dalam konteks saat ini, retorika sering terlihat ketika seorang politisi memberikan wawancara atau menulis di ruang publik. Para politisi cenderung menggunakan argumen yang dianggap normatif dan sulit untuk disangkal dalam berbicara maupun menulis. Inilah salah satu contoh yang biasa disebut sebagai retorika politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H