Mohon tunggu...
Danu Andika Putra
Danu Andika Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih terlalu dini untuk menyerah

Mahasiswa Fakultas ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengubah Stigma Buruk Filsafat

13 Desember 2021   01:05 Diperbarui: 14 Desember 2021   10:23 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon, orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang Yunani yang bernama Thales (tahun 624-546 SM). Orang inilah yang digelari bapak filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar yang jarang diperhatikan banyak orang, yaitu: dari apakah sebenarnya alam semesta ini terbuat? Ia sendiri menjawab: air. Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas karena dari apa air itu? Thales mengambil air sebagai asal alam semesta karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air. 

Immanuel Kant seorang filsuf asal Jerman dia mencetuskan teori yang menjelaskan tentang asal muasal tata surya. Dia berpendapat bahwa pada awalnya, kabut dan gas yang ada di angkasa berputar lambat dan membentuk cakram datar dengan beberapa inti massa. Nah, inti massa yang berada di tengah, memiliki suhu tinggi dan berpijar lalu membentuk matahari, sementara bagian inti massa di pinggirnya mengalami pendinginan dan perlahan-lahan berubah menjadi planet yang mengorbit pada matahari. 

Kalau kita lihat secara serius dan lebih mendalam, Karbon dioksida (CO2) adalah gas cair tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan sedikit asam. Ketika kita melihat batang tumbuhan, didalam batang tumbuhan pun ada air untuk mengantarkan ke seluruh bagian tumbuhan lalu kandungan air di dalam tubuh manusia adalah sekitar 60% -- 70% dari berat tubuh. Menurut Thales air sebagai sumber kehidupan, argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk bertahan hidup. Namun itu semua bukan menjadi indikator utama karena ada filsuf yang bernama Heraclitus mengatakan "dunia ini tercipta dari api". Setelah itu silih bergantinya zaman, semakin lama persoalan yang dipikirkan oleh manusia semakin luas dan semakin rumit pula pemecahannya.

Filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani ialah philo yang berarti mencintai dan sophia artinya kebijaksanaan, menurut namanya saja filsafat boleh diartikan adalah orang yang sedang mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Bertrand Russel mendefinisikan filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau berdasarkan dogma-dogma saja seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara kritis dan integral dalam artian setelah segala sesuatunya diselidiki problema-problema apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita menjadi sadar dari segala keraguan dan kebingungan, yang menjadikan kita terus mempertanyakan untuk mencapai pengetahuan dan mengetahui tentang kebenaran yang sebenarnya. 

Ketika agama disandingkan dengan filsafat, beberapa orang ada yang masih dan akan beranggapan seperti ini, "filsafat produk orang kafir kok dipelajari, filsafat itu haram, awas mempelajarinya bisa kafir loh, awas atheis". Atau lainnya yang serupa mungkin pernah dialami mereka yang sedang belajar filsafat. Sesuai dengan sifat filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara pertama-tama mencari penyebab yang paling awal timbulnya sebuah masalah. Universal artinya melihat masalah dalam hubungan yang seluas-luasnya. Dalam rangka pengujian itu, di satu sisi merupakan upaya untuk mengajak umat menjauhi sikap dan keyakinan dogmatis serta taqlid (buta).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun