[caption caption="Nasabah sedang bertransaksi di ATM BCA/CNNIndonesia"][/caption]
"Oh iya (bunga harus turun), tidak ada cara lain untuk bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya dan ekonomi kita harus efisien," kata JK di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (23/2/2016), seperti dikutip Detik Finance.
Pemerintah dan OJK menghendaki agar suku bunga kredit perbankan di Indonesia bisa segera turun menjadi single digit pada tahun ini. Jika suku bunga kredit perbankan diturunkan sampai mencapai single digit (sekarang suku bunga kredit perbankan berkisar antara 12-15%), tentu akan berdampak pada NIM (Net Interest Margin) perbankan.Â
Memang dengan penurunan suku bunga kredit akan membantu produk-produk Indonesia lebih mampu bersaing dengan produk-produk dari luar. Karena salah satu faktor mahalnya harga produk Indonesia karena imbas dari suku bunga kredit yang cukup tinggi ini. Tetapi hal ini tentu berdampak pada bank-bank yang menyalurkan kredit tersebut. Keuntungan mereka pun akan terkuras lebih dalam lagi.
Agar tetap memperoleh margin yang dikehendaki, tentu perbankan harus berusaha seefisien mungkin dalam pengelolaan operasionalnya. Biaya-biaya yang tidak perlu memang sebaiknya dihindari. Dan bank-bank yang ada sekarang ini pun berusaha mengembalikan profit mereka yang tergerus oleh suku bunga kredit yang harus diturunkan. Oleh karena itu, mereka pun mencari cara NIM tetap seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bagaimana caranya?
Salah satu cara yang ditempuh oleh Bank BCA adalah dengan mengenakan biaya tarik tunai dan cek saldo di ATM mereka. Kenapa cara ini harus ditempuh? Karena biaya operasional sebuah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) cukup besar. Setiap tahun BCA harus mengeluarkan biaya operasional satu buah ATM sebesar Rp.144 juta. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama BCA Jahja Setiaadmadja kepada CCN Indonesia.
"Biaya operasional satu mesin ATM bisa lebih dari Rp144 juta per tahun. Itu termasuk biaya pemeliharaan mesin, kertas, AC, listrik, asuransi dan lain-lain," ujar Jahja di Jakarta, kemarin.
Dengan jumlah ATM BCA yang begitu banyak tersebar di seluruh Indonesia, tentu biaya pemeliharaannya juga tidak sedikit. Oleh karena itulah BCA berencana untuk mengenakan biaya sekitar Rp.2000 sampai Rp.2500 untuk setiap transaksi cek saldo dan tarik tunai di ATM mereka.
Tentu pengutipan biaya ATM ini diharapkan setidaknya dapat mengurangi biaya operasional ATM yang dikeluarkan selama ini.Â
Pertanyaannya adalah haruskah biaya pemeliharaan ATM ini dibebankan kepada nasabah?Â
Bukankah selama ini nasabah sudah dirugikan cukup banyak ketika harus menabung di bank?
Mari kita lihat apa untungnya menabung di bank
Dengan bunga tabungan yang hanya sekitar 1-2% setahun, tentu tidak akan menguntungkan bagi seorang nasabah menabung di bank. Dengan tabungan sebesar Rp.10.000.000,- maka nasabah hanya akan memperoleh bunga sebesar Rp.200.000,- se tahun, itu pun kalau bunga yang dikenakan adalah sebesar 2%. Terus, seorang nasabah akan dikenakan biaya administrasi setiap bulan sebesar Rp.20.000,- maka setahun seorang nasabah akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.240.000,-. Jadi, kalau seorang nasabah mengendapkan uangnya sebesar Rp.10.000.000,- di bank selama setahun, maka uang nasabah tersebut bukannya bertambah malahan akan berkurang sebesar Rp.40.000,- apalagi bagi nasabah yang simpanannya kurang dari itu.
Jika demikian, apa untungnya lagi menabung uang di bank? Dengan tidak mengenakan biaya cek saldo dan tarik tunai ATM saja nasabah sudah rugi, apalagi sekarang dikenakan biaya cek saldo dan tarik tunai.
Kemana lagi seorang harus menyimpan uangnya? Kembali lagi ke jaman bahari kala, simpan uangnya di bawah bantal saja.Â
***
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H