Mohon tunggu...
Daniel Setiawan
Daniel Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang karyawan swasta

Segala Sesuatu Ada Masanya, Ikhlas dalam Menjalaninya disertai dengan Pengucapan Syukur.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Acungan Jempol untuk Ketegasan KAI

26 Februari 2014   15:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:27 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini, naik commuter line sangatlah menyenangkan jika kita naik tidak pada saat peak-hour. Jam-jam sibuk adalah mulai dari subuh sampai jam delapan menuju ke arah Sudirman atau Jakarta Kota. Kebalikannya ada pada sore hari mulai dari jam empat sore. Jikalau pagi hari kita naik commuter line dari arah Jakarta menuju Bogor maka suasananya akan berbeda. Begitu renggang disertai dengan dinginnya AC, menjadikan naik commuter line menjadi begitu menyenangkan. Apalagi hanya dengan lima ribu rupiah kita sudah bisa menempuh jarak antara Jakarta - Bogor.

Tentu banyak perubahan-perubahan yang telah terjadi di tubuh KAI. Itu harus kita akui. Walaupun masih ada kekurangan-kekurangan yang tidak sedikit. Misalnya KRL yang sering mengalami gangguan, sehingga menghambat perjalanan commuter line. Tersendatnya wesel pemindahan jalur rel serta sinyal krl yang sering gangguan karena disambar petir. AC yang tidak berfungsi ketika krl dalam keadaan padat penumpang juga menjadi sebuah kendala. Namun dari semua itu ada beberapa hal yang patut diacungi jempol kepada KAI.

1. No Ticket, No Entry

Untuk sekarang ini, jangan harap penumpang atau pengunjung yang tidak mempunyai tiket bisa leluasa lalu lalang di peron kereta. Atau pedagang asongan yang dengan bebas berjualan di peron-peron stasiun. Dengan diterapkannya gerbang masuk elektronik maka semua penumpang yang ingin masuk ke peron harus mempunyai tiket. Tak punya tiket, jangan harap bisa masuk. Karena jalan satu-satunya masuk ke peron hanya melalui gerbang masuk elektronik tersebut. Apalagi sekarang ini, PT. KAI telah menutup jalan-jalan tikus yang dulunya sangat banyak bertebaran di sekitar area stasiun.

Tip untuk pemegang kartu multitrip ataupun flazz bca. Ketika tape in dan kartu sahabat kompasianer tidak terbaca, jangan mau masuk menggunakan kartu dari petugas. Yakinkan bahwa kartu sahabat kompasianer benar-benar telah terbaca. Karena kalau tidak, maka sahabat kompasianer akan dikenai finalti sebesar tujuh ribu rupiah di stasiun tujuan, karena sahabat kompasianer dianggap tidak melakukan tape-in. Dan ini pernah terjadi pada diri saya sendiri.

2. Atapers

Dari dulu pembenahan penumpang yang nangkring di atas gerbong krl sudah sering dilakukan. Tetapi tidak pernah berhasil. Mulai dari menggunakan alat semprot cat, bola-bola baja sampai dengan pintu koboi tak sekalipun berhasil dilakukan. Apalagi hanya dengan teriakan petugas tak akan mempan, malahan petugasnya yang diteriaki balik oleh atapers. Seakan-akan atapers menjadi habit yang tidak bisa dihapus.

Tapi kini, lihat saja tidak ada lagi para atapers yang nangkring di atas gerbong commuter line. Seakan-akan para ataper tersebut lenyap entah kemana. Dalam tiap perjalanan commuter line sepadat apapun, tidak ada lagi para penumpang yang naik ke atas gerbong commuter line. Sungguh ini merupakan sebuah prestasi yang luar biasa dari PT. KAI.

3. Pedagang Asongan dan Pengemis

Karena diterapkannya no ticket no entry, maka tidak semua orang yang bisa masuk ke dalam peron stasiun. Begitu juga dengan pedagang asongan, koran ataupun pengemis. Jika sebelumnya, kita sering melihat pedagang asongan, tukang koran ataupun pengemis yang berkeliaran di dalam gerbong kereta, maka kini tidak terlihat lagi.

Kini semua pedagang asong, tukang koran dan pengemis hanya beraktifitas di luar area stasiun. Jadi jangan heran ketika memasuki stasiun sahabat kompasianer ditawari koran ataupun permen, tissue oleh pedagang asongan.

4. Pintu KRL Terbuka, Kereta Tidak Diberangkatkan

Ini juga sebuah ketegasan dari PT. KAI yang patut diacungkan jempol. Jika kereta pintunya masih terbuka, maka kereta tidak akan dijalankan sampai pintu kereta tersebut tertutup dengan sempurna. Selain untuk keselamatan penumpang juga agar penumpang tidak lagi masuk ke gerbong karena penumpang yang telah padat.

Memang keselamatan penumpang adalah yang utama. Jadi pintu kereta yang tertutup merupakan sebuah keharusan. Kalau pintu kereta tetap terbuka pada saat penumpang begitu padat, ditakutkan terjadi kecelakaan pada saat penumpang saling dorong mendorong. Maka sekarang kita akan melihat commuter line yang berhenti begitu lama di sebuah stasiun kalau pintu keretanya belum bisa tertutup dengan sempurna.

Maka kita perlu menaati sebuah peraturan yang baik, demi keselamatan bersama. Untuk ke depannya kita mengharapkan PT. KAI dapat membenahi kekurangan-kekurangan yang masih terjadi, agar nantinya commuter line menjadi sarana utama alat transportasi masyarakat khususnya di Jabodetabek ini.

-----

Cibubur, 26-02-14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun