Mohon tunggu...
Daniel Setiawan
Daniel Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang karyawan swasta

Segala Sesuatu Ada Masanya, Ikhlas dalam Menjalaninya disertai dengan Pengucapan Syukur.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kebesaran Hati Seorang Suami

4 Agustus 2014   21:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:26 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menonton film jadul produksi tahun 1980 yang berjudul Selamat Tinggal Masa Remaja membuat kenangan masa remaja kembali terbayang dipelupuk mata. Masa-masa yang indah rasanya begitu cepat dilewati. Film yang dibesut dari novel karangan Eddy D. Iskandar dengan judul yang sama, dibintangi oleh artis-artis top masa itu seperti Rano Karno, Kiki Maria, Mangara Siahaan, Ita Mustafa serta beberapa bintang terkenal lainnya.

Ceritanya asmara yang berbalut konflik antar remaja-remaja SMA. Cerita seperti Siti Nurbaya yang mana sang gadis telah ditunangkan sebelum tamat SMA. Sang gadis yang tidak mencintai calon suaminya tersebut akhirnya terlibat asmara dengan sesama teman sekolah. Konflik sesama laki-laki memperebutkan seorang gadis turut serta dalam film yang berdurasi hampir 100 menit ini.

Bukan karena cerita cintanya yang menarik dari film ini, karena film hampir sama dengan film-film remaja lainnya. Tetapi penafsiran dari arti cinta sesungguhnya yang menarik dari film ini. Cinta yang tidak terbelenggu hanya oleh kasih sayang antara seorang laki-laki dan perempuan. Tetapi cinta yang universal antara satu manusia dengan manusia lainnya tanpa memandang status sosial.

Ketika seorang dokter meluangkan waktunya untuk menolong pasien yang tak mampu bukan saja mengantarkannya ke rumah sakit bahkan seluruh biaya rumah sakit ditanggung oleh sang dokter itu sendiri. Ketika seorang pasien hanya mempunyai uang 700 rupiah untuk berobat, dan sang dokter hanya menerima 400 rupiah dan sisanya untuk ongkos pulang sang pasien. Itulah sebuah cinta yang universal.

Dan ketika mantan kekasih sang istri akan meninggalkan Indonesia untuk studi ke Amerika, sang mantan menitip pesan kepada sang suami untuk menyampaikannya kepada sang istri akan mengantarkan kepergian sang mantan di airport? Bukan itu perlu sebuah cinta yang besar? Dan saya ingin tanya kepada suami-suami yang ada, apakah anda mampu untuk melihat istri anda berpelukan dengan sang mantan di hadapan anda? Itulah yang ditunjukkan oleh sang suami pada saat sang istri berpelukan dengan sang mantan ketika akan berangkat ke Amerika. Dan sang suami hanya tersenyum seakan mengerti apa yang telah dirasakan oleh istrinya.

Memang sebuah cinta yang benar-benar cinta adalah ketika kita bisa melihat bahwa orang yang kita cintai itu berbahagia. Dan cinta tidaklah berarti bahwa kita harus mengekang pasangan kita dan kita menjadi sebuah beban bagi pasangan kita. Sebuah cinta yang terkekang. Cinta yang tulus adalah cinta tanpa prasangka, mempercayai pasangan kita apa adanya. Karena kita sebagai individu tentu mempunyai hak-hak pribadi yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun, walaupun itu suami ataupun istri kita. Dan ini, banyak yang belum memahaminya. Sehingga, membuat pasangan kita menjadi tertekan dan cinta kasih menjadi sebuah beban yang harus dilewati sepanjang hidupnya.

Bukankah cinta kasih itu membahagiakan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun