Kalau kita melihat harga BBM bersubsidi saat ini yang hanya Rp.6.500,- dan harga BBG sekitar Rp.3.100,- dan harga BBG yang kelihatannya akan naik untuk menarik para investor, membuat selisih harga keduanya menjadi tidak bertaut begitu jauh.
Dengan harga selisih yang tidak signifikan tersebut membuat para pemilik kendaraan pribadi menjadi ogah untuk beralih ke BBG. Apalagi dengan beralihnya ke BBG ada kemungkinan garansi kendaraan pribadi mereka menjadi hangus.
Jadi untuk menarik pemakai kendaraan pribadi agar memakai BBG, maka selisih harga antara BBM bersubsidi dengan BBG haruslah bertaut cukup jauh. Oleh karena itu, subsidi BBM harus dikurangi. Tidak bisa lagi seperti sekarang ini. Salah satu solusi yang cukup menarik adalah mengenakan subsidi tetap. Misalnya tiap 1 liter premium pemerintah mensubsidi sebesar Rp.2000,- sehingga nantinya harga premium akan berfluktuasi seperti pertamax saat ini, walaupun pemerintah tetap mensubsidi premium tersebut. Keuntungan dari subsidi model ini adalah pemerintah tidak akan terbebani dengan fluktuasi harga minyak dunia. Karena pemerintah hanya mensubsidi secara tetap sebesar harga yang telah ditetapkan bersama. Naik atau pun  turun harga minyak dunia, tidak akan mempengaruhi subsidi pemerintah. Sedangkan yang kedua, masyarakat dibiasakan untuk menikmati harga premium yang terus berubah-ubah, sehingga nantinya jika pemerintah bertekad mencabut subsidi bbm, maka masyarakat sudah tidak terlalu kaget lagi.
3. Harga Konverter Kit BBG yang masih Mahal
Harga konverter kit BBG saat ini masih cukup mahal, menurut Kemenperin di websitenya, harga konverter kit BBG saat berkisar sekitar Rp.12 juta per unit. Dan konverter kit BBG tersebut menjadi tanggungan pemilik kendaraan pribadi.
Dengan harga konverter kit yang semahal itu, apa pemilik kendaraan pribadi tertarik untuk mengalihkan pemakaian BBM ke BBG? Rasanya mereka akan berpikir perpuluh-puluh kali. Apalagi dengan resiko kehilangan garansi kendaraan mereka.
Tentu mereka akan beranggapan ngapain susah-susah mengkonversi ke gas dengan konverter kit yang semahal itu, padahal dengan menggunakan BBM bersubsidi, mereka tidak akan repot. SPBU ada dimana-mana, harga BBM tidak begitu jauh selisihnya. Juga dari faktor keamanan terjamin.
Dengan demikian apakah masih menarik untuk mengkonversi BBM ke BBG?
Mungkin pemerintah perlu memikirkan untuk mensubsidi konverter kit ini kepada pemilik kendaraan pribadi agar mereka tergerak untuk melakukan konversi penggunaaan BBM ke BBG. Daripada subsidi BBM jebol setiap tahun bukankah lebih baik mensubsidi pembelian konverter kit ini? Dan pemerintah juga harus menekan ATPM agar tidak menghilangkan garansi kendaraan pribadi jika menggunakan konverter kit ini.
Cibubur, 28-08-14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H