Dengan dikuranginya subsidi BBM, tentu saja mempengaruhi perilaku pemilik kendaraan pribadi. Jika selama ini para pemilik kendaraan pribadi cuek saja membakar BBM di jalanan, tetapi dengan pengurangan subsidi BBM ini setidaknya membuat pemilik kendaraan pribadi berpikir dua kali menghabiskan BBM di jalanan yang macet.
Dan dengan harga BBM yang cukup tinggi, maka akan memberikan dampak bagi masyarakat yang belum memiliki kendaraan pribadi untuk menunda atau setidaknya tidak membeli kendaraan pribadi baru. Efeknya adalah makin sedikit yang menggunakan kendaraan pribadi di jalan, tentu akan mengurangi kemacetan di jalan raya.
4. Kartu BBM
Jika memang pengurangan subsidi BBM ini berdampak langsung terhadap 'keluarga miskin', maka setiap keluarga diberikan subsidi BBM dengan cara memberikan kartu BBM. Setiap keluarga hanya diberikan subsidi BBM untuk satu unit sepeda motor (yang punya mobil gak perlu disubsidi bukan?), di mana di dalam kartu tersebut telah berisi data keluarga serta nomor polisi sepeda motor tersebut. Dan dengan kuota bulanan sebanyak 30 liter misalnya. Jika kuota ini habis, maka sang pemilik motor harus membeli BBM sesuai dengan harga normal.
Dan tentu saja para pengelola SPBU akan dibayar sesuai dengan yang tercatat pada alat mereka. Jika SPBU menjual lebih dari kuota yang ditetapkan, maka resiko akan ditanggung oleh SPBU yang bersangkutan. Sehingga subsidi BBM benar-benar dapat digunakan oleh mereka yang berhak.
Tanpa kartu BBM, siapa pun mereka harus menikmati BBM dengan harga normal.
Salam Kompasiana!
Artikel Terkait :
Sikap Rieke Dyah Pitaloka, Jadi Bumerang Buat Jokowi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H