Pemilihan Kapolri kali ini benar-benar menjadi bola salju yang kian menggelinding kian membesar dan menghantam Presiden Jokowi dari dua sisi yang berbeda. Salah sisi dari Partai Politik yang menyetujui pencalonan BG menjadi Kapolri sedangkan para relawan yang saat pilpres kemarin memilih Jokowi menolak dengan tegas pencalonan BG sebagai Kapolri. Dan sekarang Presiden Jokowi harus menentukan pro parpol ataukah pro rakyat yang memberikan suaranya pada saat pilpres lalu.
Sama-sama pilihan yang tidak enak sebenarnya. Pilih salah satu akan menyakitkan pihak yang lainnya. Sekarang adalah waktunya Presiden Jokowi memperlihatkan kepiawaiannya dalam mengambil keputusan. Karena keputusan saat ini akan sangat menentukan apakah Presiden Jokowi adalah Presiden yang mandiri ataukah Presiden yang dikendalikan oleh orang lain.
Jika Presiden Jokowi memilih opsi melantik BG sebagai Kapolri yang mana telah disetujui secara aklamasi oleh DPR, maka Presiden Jokowi wajib memberikan penjelasannya serta alasan-alasannya tetap memilih BG sebagai Kapolri, karena kita tahu bahwa saat ini secara hukum BG telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Hal ini tentu meredam kegelisahan-kegelisahan yang terjadi pada pemilih Jokowi pada saat pilpres kemarin. Karena saat ini para relawan Konser Salam Dua Jari yang mana adalah pendukung utama Jokowi pada pilpres lalu telah berunjuk rasa di depan gedung KPK untuk menolak BG sebagai Kapolri seperti yang diberitakan oleh TribunNews. Ada Fadjroel, Ulin Yusron, Olga Lydia, JFlow, Joko Anwar dan Nia Dinata di sana.
Terus kalau Presiden Jokowi menolak untuk melantik BG sebagai Kapolri sebagai konsekuensi dari tuntutan para konstituennya, bagaimana cara Presiden Jokowi menjelaskan kepada parpol pendukungnya? Karena bagaimana pun juga naiknya Jokowi menjadi presiden tidak lepas dari campur tangan parpol pendukung. Dan sekarang PDIP dan Nasdem adalah partai yang paling ngotot untuk tetap menjadikan BG sebagai Kapolri. Jurus apa yang akan dipakai oleh Presiden Jokowi menghadapinya? Karena seperti yang dikicaukan oleh Budi Setyarso wartawan Tempo yang menyatakan bahwa Jokowi jangan berprinsip Jas Merah yang artinya Jangan Sekali-kali Membuat Mega Marah.
Yang mana yang akan dipilih Presiden Jokowi dua-duanya adalah dilema. Sekarang adalah mana yang lebih bijaksana untuk dipilih dan yang mana lebih bermanfaat bagi masyarakat serta lebih bermartabat. Semuanya terserah pada Presiden Jokowi. Bola sudah di tangan, mau dimasukkan ke gawang lawan atau ke gawang sendiri terserah padamu Pak Presiden. *** (danset)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H