Apakah anda mengenal Barbie, tokoh kartun yang tertera pada foto di atas? Barbie merupakan sebuah permainan yang sering dimainkan oleh anak perempuan. Dengan tagline terkenalnya yaitu 'imagination, life is your creation' Â Barbie menyediakan pilihan baju, rumah, tas, kalung, pernak-pernik rambut, dan bahkan sepatu.Â
Tokoh Barbie direpresentasikan sebagai sebagai gadis cantik dengan tubuh langsing dan tinggi, kulit putih, rambut tebal, bibir pink, serta mata biru. Â Bentuk ini nampaknya menjadi gambaran bahwa seorang perempuan akan terlihat lebih menarik jika memiliki posture dan kecantian mirip dengan Barbie. Keberadaan perspektif ini akhirnya membuat sebagian besar perempuan mendambakan posture layaknya Barbie dan berlomba-lomba untuk tampil cantik.Â
Tak heran, saat ini banyak ditemui perempuan yang mengusahakan penampilan dengan menggunakan make-up, sepatu hak tinggi, dan juga baju dress. Tak hanya penampilan, namun juga banyak perempuan yang kini memaksakan diri mengubah bentuk tubuhnya dengan diet ketat dan operasi agar mencapai goals yang diinginkannya.
Lalu, apakah munculnya produk mainan anak-anak seperti ini tergolong aman atau malah berbahaya? Walaupun dengan berbagai alasan lain, Barbie dapat melatih anak perempuan dalam mengasah kreatifitas dan juga sudut pandangnya sebagai perempuan. Namun tanpa disadari juga, permainan seperti Barbie ini dapat memicu timbulnya perasaan tidak puas akan penampilan dari seorang anak ketika dewasa nanti.Â
Terlebih disituasi penuh dengan teknologi seperti sekarang. Orang-orang sudah mulai didewasakan oleh pengalaman. Kini, masyarakat lebih menyadari bahwa semua yang mereka saksikan di tayangan Barbie merupakan sebuah tipuan belaka. Simulasi-simulasi kehidupan yang diciptaka oleh tokoh Barbie nyatanya tidak seperti yang ada di dunia nyata. Kemewahan dan kemudahan tidak dapat didapatkan oleh semua orang pada kenyataannya. Akibatnya, akhirnya muncul gambar-gambar yang memparodikan iklan atau kehidupan ciptaan Barbie. Hal seperti ini disebut dengan Culture Jamming. Sebelum lanjut membahas lebih dlama mengenai Barbie, mari simak pembahasan mengenai Culture Jamming berikut.
Culture Jamming & Postmodernisme
Culture Jamming merupakan sebuah gerakan yang dibuat dalam bentuk iklan parody yang mengejek atau menyindir suatu iklan yang dianggap memiliki isu sosial atau lingkungan (Putri, 2011). Ini merupakan bentuk perlawanan terhadap sebuah dominasi komersial di segala jenis aspek termasuk budaya populer. Culture Jamming sangat berkaitan erat dengan postmodernisme, di mana Culture Jamming merupakan bagian dari postmodernisme. Seperti yang diketahui bahwa postmodernisme merupakan era setelah era modernism yang muncul karena adanya kegagalan dari era modernisme. Saat itu, perspektif mengenai modernism dianggap objektif dan kurang dekat dengan nilai manusia. Gerakan Culture Jamming ini sama prinsipnya dengan postmodernisme yang keberadaannya diawali dengan sebuah kegagalan. Namun, kegagalan yang dimaksud adalah kegagalan dalam proses komersialisme suatu produk.
Culture Jamming dapat dikaitkan dengan post modernisme yang digagas oleh Baudrillard. Menurut Baudrillard (dalam Barker & Jane, 2016 : 243), postmodern menciptakan budaya yang dibentuk melalui aliran gambar atau simbol yang terus-menerus dan tidak membentuk konotasional. Budaya menciptakan suatu dimensi yang menampilkan kehidupan palsu dan imajinatif. Baudrillard menyatakan bahwa budaya postmodern ditandai dengan adanya simulasi yang akhirnya menimbulkan hyperrealitas.
Barbie dan Culture Jamming
Seperti yang sudah dijelaskan di awal dan seperti yang dapat dilihat pada gambar yang telah terlampir di atas, Barbie merupakan salah satu produk yang akhirnya dibuat dalam bentuk Culture Jamming. Perbandingan gambar iklan Barbie yang menampilkan wajah perempuan cantik dan menawan dengan gambar dengan visual perempuan yang kurus kering jauh dari kata sempurna itu akhirnya menjadi sebuah hal yang kontradiktif. Barbie selalu menciptakan pandangan perempuan dengan lekuk tubuh yang berhasil dibuat menjadi mainan.Â
Tubuh yang diinginkan setiap orang dan dikatakan sebagai tubuh yang sempurna. Namun di sisi lainnya menunjukan bahwa bertubuh ramping tidaklah menunjukan visualisasi 'Barbie'. Iklan Barbie yang sebenarnya menunjukan sebuah hyperrealitas yang tak terbatas. Tampilan kehidupan Barbie yang begitu nyata membuat setiap orang akhirnya mendambakan kehidupan yang jauh dari realitas.