Mohon tunggu...
Danny Wibowo
Danny Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa semester 3

Punten

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persepsi: Ada, namun Bukan untuk Diperdebatkan

29 September 2020   18:27 Diperbarui: 29 September 2020   23:00 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: wikimapia.org)

Ada yang tahu tentang patung di atas? Ya, betul. Patung yang sudah tidak asing bagi warga kota Bekasi itu bernama Patung 3 Mojang.  Patung ini dibuat oleh seniman terkenal asal Bali, Nyoman Nuarta selama kurang lebih 6 bulan lamanya. Patung ini berusia hampir 3 Tahun berdiri sebagai ikon kota Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat. Sayang sekali, patung yang bernilai seharga Rp. 5 Milyar itu harus dirobohkan pada tahun 2010 atas desakkan oleh sejumlah ormas agama dikarenakan menurut mereka yang menampilkan adanya unsur 'kristenisasi' yang menggambarkan sosok Bunda Maria.

Mengapa ormas agama tersebut berpikir demikian, sedangkan sang pembuat, Nyoman Nuarta berkata bahwa "Patung tersebut merupakan gambaran mojang priangan yang menggunakan pakaian kemben bukan Bunda Maria yang memakai kerudung," "Tidak ada unsur keagamaan apalagi agama kristen dalam patung tersebut dan yang terpenting adalah saya sama sekali tidak berniat untuk membuat patung Bunda Maria, tetapi mojang priangan" sambungnya (republika.co.id).

Hal ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi. Menurut Jalaluddin Rakhmat (2011), Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Karena persepsi bersifat selektif, subjektif, dan tidak akurat seringkali timbul perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang lainnya.

Lebih lanjut, Samovar (2017) mengatakan bahwa setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi persepsi, yaitu budaya, pengetahuan, dan pengalaman. Adanya perbedaan persepsi antara ormas agama dan Nyoman Nuarta, berujung pada perobohan patung 3 mojang itu. 

Tidak ada persepsi yang salah, yang ada hanya berbeda.

Saya tidak menyalahkan persepsi ormas agama itu, tetapi saya menyayangkan aksi yang dilakukannya. Sangat keliru apabila berpikiran bahwa sesuatu yang berbeda dengan keyakinan itu dinyatakan salah dan harus dilakukan dengan tindakan represif. Apalagi sang pembuat patung menyatakan sendiri bahwa patung 3 mojang itu bukan merepresentasikan Bunda Maria.

Banyak, tidak membuat anda terlihat benar. 

Untuk menghindari kejadian seperti ini supaya tidak terulang lagi, pahami bahwa perbedaan dan keberagaman itu hadir di sekitar kita. Sudah menjadi tugas manusia untuk memberi ruang adanya perbedaan di tengah manusia. Terlebih lagi, kita hidup di Indonesia yang hidup dalam berbagai suku, ras, dan agama. Sudah sepatutnya untuk hidup bertoleransi agar terciptanya kedamaian antar sesama.

Referensi:

Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Samovar, Larry et. all. (2017). Communication between Cultures (9th ed). Boston: Cengage Learning.

Sjafriani, Ririn. (2010, Juni 10). Nyoman Nuarta: Patung Tiga Mojang Bukan Bunda Maria. republika.co.id. diakses dari https://republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/06/20/120714-nyoman-nuarta-patung-tiga-mojang-bukan-bunda-maria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun