Mohon tunggu...
Thording Sitohang
Thording Sitohang Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Kriminologi

Selanjutnya

Tutup

Money

Jakarta: "Money Laundry" yang Sempurna

30 Januari 2018   09:28 Diperbarui: 30 Januari 2018   09:44 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Jakarta merupakan kota dengan populasi yang paling banyak di Indonesia. Imigran antar provinsi merantau ke Jakarta untuk mencari kesempatan baru, mencari pengalaman baru untuk ditampung di dalam kenangan. Peluang yang sama pun dapat dilihat oleh beberapa oknum negara yang melihat peluang keuangan dari demografi yang meningkat di kota Jakarta.  

Pada tahun 2015 rata-rata migrasi berubah menjadi 1913.6 perempuan dan 1728.3 laki-laki dan masih menetap hingga tahun 2017 silam. Secara tidak langsung angka tenaga kerja memiliki imbasan yang sangat drastis. Namun, yang dipertanyakan mengapabiaya produksi semakin mahal. Secara ekonomi semakin tinggi angka pekerja makan semakin menurun biaya produksi dan nilai-barang yang diproduksi. 

Jakarta merupakan kota yang memiliki porduksi jasa paling besar dan jasa yang diproduksi oleh kota Jakarta semkin meningkat. Peningkatan tersebut paralel dengan angka korupsi yang terjadi di Indonesia, terutama pulau Jawa.

  Dikarenakan populasi yang tinggi, produksi yang tinggi, dan jumlah penghasilan per kapita yang rapid sangat memungkinkan keuangan negara yang dikumpulkan melalui retribusi dan pajak untuk di eksploitasi oleh beberapa oknum. Contoh paling gamblang adalah dari penggunaan jalan tol. Angka jumlah populasi terakhir Jakarta adalah 10.177.924, bulatkan menjadi 10 juta penduduk. 

Anggap pengguna jalan tol adalah pengguna mobil yang memiliki keluarga ideal: Suami-istri serta dua anak (10 Juta/4Kursi mobil) kemudian hasil dari angka tersebut dikalikan dengan biaya tol sejumlah Rp9.000,- dan dikalikan dengan 5 menit. Hasil dari perhitungan tersebut dikalikan 360 hari dan angka keuangan yang didapati oleh negara dari uang tol saja sama dengan Rp40.500.000.000.000 dalam satu tahun dari satu buah kota yaitu, DKI Jakarta. 

Tentu saja angka tersebut berupa angka gross dikarenakan tidak menghitung faktor ekonomi lain seperti subsidi seluruh Indonesia, pembangunan, administrasi expor-impor dan sisanya. Namun,angka tersebut cukup untuk membuat masyarakat Jakarta memandang sebelah mata kejadian di seluruh kota dan yang lebih menarik, uang dengan nominal yang sama akan terus meningkatr setiap tahunnya tanpa ada yang menyadari bahwa uang tersebut sedang digelapkan. Sebuah "Money Laundry" yang sempurna.

  Ekonomi merupakan sebuah siklus. Semakin sering uang diputar untuk membangun bisnis baru maka, semakin meningkat kekuatan ekonomi di dalam negara. Praktik korupsi pada hakikatnya merupakansebuah praktik feodal, yang didasarkan pada mindsetbahwa, "hal itu adalah miliku dan kamu hanya menumpang sehingga harus membayar upeti" itu merupakan mental yang merusak kesejahteraan ekonomi masyarakat. Masyarakat bisa memperbaikinya dengan menginvestasikan pada sesama masyarakat lokal sehingga kesejateraan ekonomi bisa tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun