Mohon tunggu...
Danny Santoso
Danny Santoso Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Kecil Untuk Indonesia

25 September 2016   20:55 Diperbarui: 25 September 2016   21:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semarang, 19 September 2016

Yth.

Negaraku Indonesia,

di Tempat

Salam sejahtera,

Aku adalah seorang anak muda berumur 16 tahun. Begitu banyak pengalaman yang sudah aku alami di dalam kehidupanku, entah itu suka maupun duka. Semua pengalaman itu telah membentukku menjadi seorang anak muda berkebangsaan Indonesia yang memiliki cita-cita setinggi langit.

Aku tahu, sudah 71 tahun kau berdiri tegak di tengah banyak masalah yang silih berganti. Dimulai dari bencana alam, masalah politik, dan merebaknya korupsi yang membuatmu semakin rapuh. Tapi, semua itu kau hadapi dengan tegar dan tiada pernah lelah. Aku harap Kau tetap kuat dalam menjalani setiap kehidupanmu.

Melalui surat ini, aku ingin menyampaikan jika hingga detik kau membaca surat ini, hatiku merasa resah. Resah akan setiap permasalahan korupsi yang terus menerus terjadi di kalangan pejabat-pejabat tinggi yang menganggap dirinya adalah wakil rakyat. Setiap kali aku mengganti channel acara di TV, aku selalu melihat berita mengabarkan tentang pejabat-pejabat yang melakukan korupsi. Bahkan, bisa dikatakan jika masalah korupsi ini sudah menjadi tradisi dalam kehidupan berpolitik di negaramu. Jika banyak orang merasa semua itu adalah biasa saja, hanya sekedar dinamika dalam berpolitik, aku berkata sebaliknya. Semua orang yang menyakitimu melalui korupsi itu harus ditindak tegas. Jangan selalu bersikap sabar dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kita juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan. Sudah banyak rakyat yang bersuara, memberontak untuk menegakkan keadilan, tapi juga tak didengar jua. Banyak juga rakyat menderita yang memohon belas kasihan agar mereka dapat bertahan hidup. Aku sering membayangkan bagaimana jika aku dilahirkan sebagai mereka, tentu akan bertanya-tanya. Apa yang aku rasakan? Apa yang bisa aku lakukan? Siapa yang akan menolongku? Bagaimana bisa aku hidup di negara ini? Kadang, dengan berempati kita bisa menyadari jika kita beruntung bisa hidup dengan kondisi mencukupi. Lalu, balasan apa yang setimpal untuk tikus-tikus berdasi yang melakukan korupsi?

Sebagai anak muda, yang bisa aku lakukan hanyalah memulai dari diri sendiri. Memulai untuk bersikap tidak korupsi, serta membawa sikap itu ke dalam lingkungan di sekitarku. Tapi, kadang hanya dengan melakukan itu, aku merasa tidak andil bagian dalam membawa perubahan yang mendalam bagimu. Terkadang, muncul dari benakku untuk dapat membuatmu merasa nyaman, damai, dengan memberantas koruptor yang ada di negara ini. Tapi, aku sadar jika semua itu belum bisa aku lakukan melihat umurku yang masih belia ini. Maka, melalui surat ini juga aku meminta saran dan nasehat darimu atas masalah korupsi yang terus menimpamu ini.

Kemudian, hal kedua yang ingin aku sampaikan adalah tentang masalah kemanusiaan yang akhir-akhir ini sering terjadi. Contohnya pada bulan lalu, ketika aku selesai sarapan, aku membuka gadgetku dan membaca berita tentang seorang baby-sitter yang menganiaya anak asuhnya. Sontak aku kaget dan menceritakan tentang berita ini kepada orang tuaku. Kejadian seperti inilah yang menunjukkan kepada kita bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang sejak jaman Ir. Soekarno diperjuangkan, sekarang tidak lagi dijunjung tinggi. Melihat hal yang kuceritakan ini, bagaimana perasaanmu sekarang? Perasaan gelisah, gemash, dan jengkel selalu menyelimutiku setiap melihat berita tentang masalah kemanusiaan. Kadang, timbul dari hatiku keinginan untuk main hakim sendiri jika bertemu dengan semua tersangka masalah kemanusiaan itu.

Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan terhadap semua permasalahan itu. Aku minta petuah darimu, dimana petuah itu akan kuturunkan ke anak cucuku dan kusebarluaskan ke teman-temanku, agar mereka juga dapat mempertahankan negara kita tercinta ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekian dahulu surat dariku, aku akan menanti balasan surat darimu. Tuhan memberkati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun