Memilih calon wakil presiden atau cawapres untuk mendampingi Ganjar Pranowo yang sudah diusung oleh PDIP sebagai calon presiden, ternyata juga tidak mudah karena berbagai pertimbangan.Â
 Bergabungnya Partai Persatuan Pembangunan atau PPP untuk mendukung Ganjar Pranowo dan bergabung dengan PDIP tentu bukan tanpa alasan. Salah satu alasannya ialah menawarkan Sandiaga Uno menjadi pendamping  capres dari PDIP tersebut.
Meski Sandi baru bergabung dengan PPP, akan tetapi sejak awal PPP menyatakan mendukung Ganjar dan bergabung dengan PDIP, wacana menduetkan Ganjar-Sandi mulai dimunculkan.
Kalau melihat dari alur waktunya, PPP sebagai partai politik terlebih dahulu bergabung atau berkoalisi dengan PDIP. Setelah itu, baru kemudian Sandiaga Uno yang sebelumnya adalah kader partai Gerindra, kemudian keluar dan saat ini bergabung dengan PPP.
Tentu menjadi alasan logis bagi Sandi jika ingin ikut berkonstelasi dalam kandidat capres/cawapres untuk keluar dari partai Gerindra yang sudah menetapkan Prabowo Subianto sebagai calon presidennya.
Tidak mungkin Gerindra mengusung duet Prabowo-Sandi jika keduanya adalah sama-sama kader Gerindra, karena tidak mencukupi syarat pencalonan tanpa koalisi dengan partai lainnya.
Itulah sebabnya partai Gerindra berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB yang juga menawarkan duet Prabowo-Cak Imin untuk maju dalam Pemilu Presiden 2024 mendatang.
Menjadi pertanyaan awal, apakah dengan PDIP-PPP berkoalisi, maka otomatis duet Ganjar-Sandi akan langsung terwujud?
Kalau memang sudah pasti, lalu mengapa dari internal PDIP juga masih menyebut nama-nama tokoh selain Sandiaga Uno?
Erick Thohir, Menteri BUMN dan sekaligus ketua umum PSSI juga menjadi nama yang masuk dalam radar cawapres pendamping Ganjar Pranowo.Â
Nama Erick ini juga yang diusung Partai Amanat Nasional dan berencana untuk bergabung dengan PDIP dan berharap "jagoannya" tersebut berduet dengan capres Ganjar Pranowo.