"Menghitung hari .... detik demi detik ..."Â Jangan-jangan para pembaca tanpa sadar sedang melanjutkan menyanyikan lagu ini hehehe. Sepenggal lirik lagu yang sebagian besar kita mengetahuinya, atau bahkan kita pernah mendengarnya.Â
Tak terasa tahun 2021 akan dilewati dan akan memasuki tahun 2022 yang kita juga tidak tahu akan seperti apa nantinya. Seperti ada pepatah yang berkata bahwa masa lalu itu menjadi sejarah dan masa depan itu masih misteri.
Pernahkah kita berefleksi atau minimal merenungkan apa saja yang sudah kita alami selama tahun 2021 ini? Pastinya setiap kita memiliki pengalaman maupun ceritanya masing-masing, dan itu seolah menjadi bagian dalam kehidupan ini.
Waktu merupakan anugerah terindah dan tidak bisa kembali yang diberikan oleh Pencipta kita. Sayangnya, seringkali kita mungkin tidak memanfaatkan dengan baik, kalau tidak bisa dikatakan menyia-nyiakan anugerah ini.
Sebagian orang sering mengatakan jika waktu cepat berlalu dan kadang tidak disadari. Padahal waktu setiap orang diberikan sama oleh Tuhan yaitu 24 jam sehari atau 86.400 detik/hari.Â
Jika kita melihat angka 24 tentu akan sangat biasa dibandingkan dengan ketika kita melihat angka 86.400 bukan? Bukankah kita melalui hari itu bukan jam demi jam tapi detik demi detik? dan ketika detik itu sudah berlalu maka dia sudah menjadi sebuah sejarah bukan lagi misteri.
Lalu bagaimana supaya belajar menghitung hari dan menghargai waktu yang ada? Ini bukan tips ya, tapi hanya sharing evaluasi penulis terkait dengan detik demi detik yang sudah dilalui, jadi kalau ada yang baik boleh ditiru tapi yang tidak baik dibaca saja dan dilupakan hehehe.
1. Menunda mengerjakan
Penulis sendiri bukan termasuk orang yang tepat waktu, meski demikian penulis sedang belajar untuk menghargai waktu yang ada. Sebagai contoh misalnya sering menunda mengerjakan tugas, dengan alasan deadline masih beberapa hari lagi dan pada akhirnya ketika tinggal satu hari langsung kejar setoran untuk segera menyelesaikan. Meski demikian, hasilnya terkadang bisa maksimal tapi juga bisa tidak maksimal.
2. Kurang Terencana
Jika orang ingin membangun suatu bangunan tentu dia akan duduk dan merencanakan seperti apa bentuk bangunan, biaya, maupun hal-hal lainnya. Menariknya, jika berkaitan dengan waktu, penulis seringkali tidak memiliki rencana atau istilahnya time management yang teratur. Bukan berarti tidak melakukannya, di awal tahun ini penulis sudah memiliki rencana dan memanajemen waktu dengan baik, akan tetapi hanya bertahan di 2-3 bulan awal. Ini tentu butuh komitmen dan konsisten mengerjakan apa yang sudah direncanakan, bukankah yang membuat rencana juga saya sendiri?
Cukup dua contoh saja ya dan hal tersebut penulis rasa cukup mewakili, karena jika terlalu banyak nanti bisa berlemba-lembar hehehe. Sebenarnya yang ingin penulis ceritakan atau sharingkan dalam tulisan ini ialah bagaimana kita dapat belajar menghargai waktu yang Pencipta kita sudah berikan pada kita.
Waktu tidak bisa diulang, tapi pekerjaan yang tertunda bisa diselesaikan dan perencanaan bisa diperbaiki serta diulang kembali, akan tetapi waktu yang terlewat? Setiap detik, jam maupun hari yang sudah dilewati sepanjang tahun 2021 ini bisa menjadi bahan refleksi bagi diri kita untuk melihat bagaimana kita seharusnya bersikap untuk menghadapi misteri tahun 2022 mendatang.
Belajar untuk menjadikan setiap pengalaman tahun 2021 seperti kaca spion yaitu perlu dilihat sesekali tapi bukan untuk seterusnya. Kemudian menjadikan tahun 2022 sebagai kaca depan yang kita belum lewati tetapi kita menatapnya dengan pengharapan akan hal yang lebih baik.
Jadi bersyukurlah untuk hari demi hari yang sudah berlalu dan berpengharapan akan hari depan meskipun masih misteri.
29 Des 2021
-dny-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H