"Ini kamu pegang ATM yang aku miliki ya, karena aku boros dalam pengeluaran"Â demikian kata seorang pria kepada wanita yang menjadi pacarnya. Hal ini dilakukan karena dia beranggapan kalau kaum wanita pasti lebih detail dan teliti dalam mengelola keuangan.Â
Apakah ilustrasi di atas merupakan hal yang wajar dan lumrah bagi pasangan yang belum menikah? Perlukah kita terbuka dalam hal keuangan dengan pasangan kita yang masih berstatus pacar dan belum menjadi istri atau suami kita?
Tentu para pembaca memiliki pendapat yang beragam untuk menjawab pertanyaan tersebut (boleh juga jika ingin menuliskannya di kolom komentar). Tentu yang akan ditulis disini merupakan opini penulis secara pribadi dan bukan menjadi suatu keharusan untuk diikuti.
Salah satu penyebab perselisihan yang berujung pada konflik dalam rumah tangga ialah persoalan keuangan. Kelihatannya hal yang sepele, tetapi jika tidak dikomunikasikan dengan baik maka tentu akan tidak baik untuk ke depannya.
Saat pacaran tentu biasa seorang pria membayari atau mentraktir pacarnya saat makan di rumah makan. Meski demikian, saat ini juga sudah menjadi biasa jika hal tersebut dilakukan secara bergantian oleh pasangannya yang wanita.
Dari mulai bayar-membayari saat makan, sebenarnya dapat menjadi titik awal untuk membangun komunikasi tentang keuangan. Percakapan atau obrolan tentu bukan hanya soal kesamaan minat, dan hal-hal biasa lainnya, tetapi cobalah untuk mulai berbicara secara serius, salah satunya tentang keuangan.
Tentu akan ada pembaca yang berkata, khan belum tentu juga pacar kita itu akan menjadi suami atau istri nantinya. Kalau ini yang muncul dalam pikiran anda, maka mungkin anda perlu untuk merenungkan lagi pertanyaan dasar ini, apa tujuannya menjalin relasi atau istilahnya pacaran, jika tidak memiliki pemikiran ke arah pernikahan?
Kalau jawaban kita adalah, yang penting jalani dulu dan sambil lihat nanti ke depannya, maka sebenarnya kita sedang merugikan diri kita sendiri. Ibaratnya, kita mengorbankan waktu, tenaga, bahkan uang atau materi untuk seseorang yang kita sendiri masih belum yakin akan menjadi pasangan kita.
Semoga saja para pembaca tidak memiliki jawaban tersebut, karena itu hanyalah sharing pengalaman masa lalu penulis saja. Hal ini berlangsung sampai akhirnya penulis kemudian mulai berpikir untuk serius ketika akan menjalin suatu hubungan  atau relasi.
Salah satu bentuk keseriusan penulis adalah dengan contoh di awal tulisan ini. Tentu bukan tanpa alasan penulis memberikan ATM kepada pacar penulis (yang sekarang menjadi pengelola keuangan dalam rumah tangga penulis hehehe), tetapi itu merupakan bagian dari jawaban atau solusi dari pertanyaan sebelumnya.
Dengan memulai sejak masih dalam tahap pacaran dan belum jenjang pernikahan ternyata membawa dampak perubahan besar ketika akhirnya berumah tangga. Ketika sudah berumah tangga maka tentu masalah tentang keuangan bisa diminimalisir (tentu saja tidak mungkin akan hilang sama sekali), dan mengurangi konflik yang ada meski terkadang juga masih muncul perselisihan tentang hal ini.Â