Seringkali yang membuat guru jengkel ialah karena bentuknya pilihan ganda, maka jika tidak mengetahui jawabannya, maka mereka bisa asal memilih. Ibaratnya penentuan jawaban bukan lagi berdasarkan pemikiran maupun pengetahuan, akan tetapi seperti bermain tebak-tebakan atau bahkan untung-untungan.
Menghitung kancing, menjatuhkan pulpen, menyanyikan lagu atau apapun cara yang digunakan untuk menghitung 5 opsi jawaban secara bergantian, baru kemudian dipilih. Ini memang opsi ketika pelajaran masih tatap muka sebelum pandemi, apalagi jika daring, maka caranya pasti jauh lebih berkembang.
Ketika hal tersebut menjadi pemahaman siswa, maka harapannya adalah ketika siswa itu menjawab soal akan lebih menggunakan logika pikirannya dan bukan hanya asal menebak. Meski yang diminta adalah soal uraian, namun paling tidak sasaran utama penulis dapat tersampaikan sehingga murid bisa lebih menghargai soal-soal yang dibuat oleh gurunya.
Tentu pengalaman ini tidak bisa sama dari rekan-rekan sesama pendidik lainnya.Â
Paling tidak, penulis ingin berbagi dengan apa yang penulis dapatkan dan itu menjadi bahan refleksi bersama, tidak hanya bagi kita para guru tetapi juga sebenarnya bagi siswa untuk tidak hanya menjawab pertanyaan tapi juga belajar bagaimana merumuskan pertanyaan.
29 September 2021
-dny-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H