Hobi itu identik dengan melakukan sesuatu karena kita menyukainya dan biasanya tidak dilakukan dengan terpaksa. Ada yang hobinya membaca maka setiap ada waktu pasti akan meluangkan untuk membaca demi menyalurkan hobinya. Ada juga yang hobinya menulis dan ketika mendapat secercah ide maka langsung menyambar gadget atau laptop dan kemudian menuangkannya dalam sebuah tulisan atau artikel. Pada intinya, hobi adalah melakukan sesuatu dengan kita senangi tanpa adanya suatu paksaan. Lalu mengapa membuat artikel dimana hobi itu dilakukan terpaksa?
Sejak diharuskan berada di rumah dan jarang kami keluar (kecuali untuk belanja kebutuhan pokok atau harus masuk kantor saat jadwal piket) maka otomatis kegiatan paling banyak hanya berada di rumah. Istri saya memiliki hobi memasak dan ketika sebelum adanya situasi pandemi seperti sekarang ini.
Maka praktis dia hanya memasak untuk makan sehari-hari tanpa ada waktu untuk mengembangkan hobinya tersebut. Sering melihat resep ataupun menonton tayangan kuliner dan masakan hampir setiap hari di salah satu televisi berbayar, tentu membuatnya ingin mencoba berbagai resep masakan lainnya.Â
Namun demikian, lelah dengan pekerjaan kantor dan juga rutinitas sehari-hari membuat hal tersebut harus ditekan bahkan mungkin dipendam dalam-dalam. Dampak yang terjadi kemudian bisa ditebak  kami membeli makan atau jajan di luar, karena pulang sore dan tidak sempat membeli bahan masakan entah sayur atau lauk pauk.Â
Hobi istri saya seolah "dipaksa" kembali keluar ketika kami harus di rumah aja sesuai anjuran pemerintah dan tempat kerja kami juga menerapkan masuk secara piket, sehingga otomatis waktu luang lebih banyak. Dengan sering berada di rumah, mau tidak mau maka menu masakan tentu harus bervariasi meski dengan bahan yang mungkin bisa jadi sama.Â
Berselancar di dunia maya melalui situs-situs yang menampilkan resep masakan, melihat tayangan kuliner di televisi menjadi salah satu cara untuk meningkatkan variasi masakan yang dibuat. Tentu hal ini muncul karena memang adanya "paksaan" akibat kondisi yang ada, dimana kami tentu sudah jarang untuk beli makan di luar dan lebih mementingkan memasak sendiri. Walau dilakukan dengan terpaksa tapi bagi istri saya hal tersebut merupakan paksaan yang menyenangkan karena memang dia memiliki hobi memasak.
Setiap orang tentu memiliki bagiannya masing-masing dan saling melengkapi satu sama lain. Sebagai contohnya, jika istri saya hobi memasak maka saya wajib mendukung hobi istri saya itu dengan menghabiskan masakan yang dimasaknya. Tidak hanya masakan untuk makan sehari-hari, tapi juga makin berkreasi dengan membuat kue atau cake dengan menggunakan bahan kopi yang merupakan minuman favorit saya.
Entah kreasi apalagi yang akan dihasilkannya nanti, akan  tetapi paling tidak mari menyikapi situasi yang ada saat ini bukan dengan keluhan atau sungut-sungut. Siapa tahu mungkin ada hobi atau kesenangan kita yang sudah lama terlupakan bisa "dipaksa" muncul kembali dan itu bukan merupakan beban tapi adalah sebuah kesukaan.Â
10 Mei 2020
-dny-
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H