Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tokoh Bersatu Lawan Ahok di Pilgub 2017

14 Februari 2016   20:17 Diperbarui: 15 Februari 2016   00:17 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan gubernur DKI Jakarta masih tahun depan atau 2017 mendatang, akan tetapi suhu politik ibu kota Indonesia tersebut mulai memanas khususnya berkaitan dengan siapakah yang akan menjadi DKI-1 untuk periode 2017-2022. Tidak tanggung-tanggung mulai dari mantan menteri, artis, anggota legislatif, pengamat, hingga pengusaha mencoba peruntungan untuk terjun ke dalam ring pertarungan sebagai bakal calon gubernur yang akan melawan petahana yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Bersatu lawan Ahok seakan menjadi kampanye yang menyatukan para calon tersebut bahkan didukung oleh partai yang "ditinggalkan" Ahok setelah sebelumnya saat pilgub 2012 lalu berhasil mengantarnya menjadi wakil gubernur mendampingi Joko Widodo. Berbagai upaya mulai dari mencari dukungan hingga berusaha untuk mencari celah kelemahan kebijakan Ahok saat ini tentu menjadi bahan baku untuk diramu dalam penyusunan visi misi mereka jikapun ada partai yang mendukung ataupun rakyat (melalui jalur independen).

DKI Jakarta memang menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap rakyat seluruh provinsi di Indonesia untuk mengadu nasib atau peruntungannya. Hal yang sama kelihatannya berlaku juga bagi setiap orang yang ingin dikenal secara "instan" pada tataran nasional, maka menjadi pemimpin (baca : gubernur) ataupun masih calon gubernur saja sudah merupakan kredit poin tersendiri, apalagi jika kemudian akhirnya dapat terpilih. Sebagai barometer perpolitikan nasional, memang layak untuk mencermati pertarungan DKI-1 ini,

karena yang berpartisipasi bukan hanya tokoh daerah, tapi mereka yang sudah menjadi tokoh nasional bahkan sebelumnya sudah pernah menjadi menteri. Tentu hal tersebut adalah hak asasi setiap orang siapapun dia, apalagi sejak terpilihnya gubernur DKI Jakarta sebelumnya yang saat ini menjadi presiden Republik Indonesia, tentu menjadi daya tarik bagi setiap tokoh untuk menunjukkan siapa dirinya, dan juga siapa tahu nantinya dapat mengikuti jejak presiden terpilih saat ini yang sebelumnya juga menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta tersebut.

Tidak dapat dipungkiri, jika ada motivasi bahwa menjadi gubernur ataupun wakil gubernur di DKI Jakarta akan membuat seseorang dikenal tidak hanya di Jakarta, tapi juga seluruh Indonesia. Bukti bahwa sebelum menjadi gubernur dan wakil gubernur, mungkin tidak banyak orang kenal dengan Jokowi-Ahok, akan tetapi pasca terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada 2012 lalu, hampir sebagian rakyat Indonesia jadi mengenal terhadap kedua tokoh ini. Ridwan Kamil boleh terkenal di Bandung, ataupun Risma di Surabaya, akan tetapi mungkin jika disurvey tingkat popularitasnya mungkin masih unggul Ahok.

Hal ini bukan karena kehebatan seorang Ahok, tetapi karena tempat dimana dia menjabat sebagai pemimpin yaitu Jakarta tentu menjadi bahan berita menarik untuk selalu diulas dalam pemberitaan media nasional. Tidak ada maksud penulis untuk lebih menganggap hebat Ahok dibandingkan dengan Ridwan maupun Risma, kedua tokoh yang juga penulis kagumi, akan tetapi jika ingin lebih dikenal di tingkat nasional tentu menjadi DKI-1 menjadi daya tarik tersendiri. Penulis sendiri tidak menyarankan untuk kedua tokoh tersebut "ikut-ikutan" mengadu peruntungan dalam Pilgub 2017 mendatang, karena justru akan merugikan mereka sendiri.

Penulis bahkan yakin jika mereka tetap setia menjadi kepala daerah di Bandung dan Surabaya, bukan tidak mungkin jika dalam pemilu nasional 2019 mendatang mungkin saja ada yang mengusung menjadi RI-2 mendampingi Jokowi yang kemungkinan akan berlanjut untuk periode selanjutnya. Ahok, Risma dan Ridwan Kamil tentu menjadi nama-nama yang layak diperhitungkan untuk dipinang Jokowi menjadi pendampingnya, itupun dengan catatan disetujui oleh partai PDIP yang mendukung Jokowi saat ini.

Bersatunya tokoh-tokoh daerah maupun nasional dari berbagai profesi untuk menjadi lawan Ahok tentu menjadi menarik untuk dilihat, sampai sejauh mana mereka akan mendapat simpati warga DKI Jakarta. Mengapa demikian ? Jika Ahok memberi bukti dengan fakta apa yang sudah dan sedang dilakukannya hingga saat ini, maka tokoh-tokoh yang mendeklarasi akan menjadi lawan Ahok tersebut baru sebatas janji, bahkan sebagian besar diantaranya belum berpengalaman memimpin daerah. Hal ini tentu berbeda dengan Jokowi dan Ahok saat maju sebagai calon saat 2012 lalu, keduanya sudah memiliki pengalaman menjadi bupati dan walikota di Belitung Timur serta Solo.

Hasil kerja nyata merekalah yang juga dapat menjadi kampanye efektif bagi warga DKI dibandingkan para tokoh yang hendak menjadi cagub menyaingi Ahok.  Namun demikian, semoga para tokoh tersebut tidak lupa bahwa yang berhak memilih adalah hanya warga yang memiliki KTP DKI Jakarta. Jadi jika dia seorang artis, pengusaha ataupun mantan pejabat nasional, tentu perlu diingat ini bukan pemilihan presiden (lingkup nasional) tetapi lingkup daerah (provinsi DKI Jakarta). Penulis perlu mengingatkan ini, karena mungkin mereka memiliki fans atau pendukung secara nasional, tetapi jika para fans atau pendukungnya tidak memiliki KTP DKI atau bukan warga DKI maka tentu tidak ada artinya. 

salam kompasiana

14 Februari 2016

-dny-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun