Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Politik

MKD : Sidang Etik atau Sidang Pengunduran Diri ?

16 Desember 2015   23:40 Diperbarui: 17 Desember 2015   00:07 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perubahan dalam politik memang tidak lagi hari ataupun jam, bahkan sudah pada tataran menit bahkan detik. Hampir sebagian besar pengamat ataupun masyarakat akan berpikir bahwa Setya Novanto akan mengundurkan diri sore tadi, ataupun bahkan para loyalis SN (Setya Novanto) tiba-tiba berbalik 180 derajat menyatakan sang koleganya tersebut melakukan pelanggaran etik bahkan untuk kategori berat. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa dinamika dalam politik itu sudah pada tataran hitungan detik tidak lagi menit ataupun jam, sehingga perkembangannya menjadi cukup cepat mengalir dan banyak hal-hal tidak terduga yang terjadi.

Masih segar dalam ingatan, bahwa para loyalis SN sebelumnya menyatakan sidang ini tidak sah karena alat bukti yang digunakan tidak sah atau illegal, dan meminta untuk mendatangkan alat bukti yang dimiiki oleh Kejaksaan Agung yang sebelumnya sudah terlebih dahulu diberikan oleh Maroef Syamsudin. Menjadi hal menarik, ketika hari ini saat sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) secara tiba-tiba beberapa anggota MKD yang sebelumnya cukup ngotot untuk menyatakan Setya Novanto tidak bersalah, bahkan juga dengan alasan tidak legalnya alat bukti rekaman yang ada, secara tiba-tiba berbalik 180 derajat dan mendukung penjatuhan sanksi bagi SN, bahkan dengan sanksi berat.

Salah satu alasannya dapat ditebak bahwa jika menjatuhkan sanksi berat maka akan dibentuk dewan panel dan kemudian bisa terjadi bahwa kasus tersebut akan berusaha diulur-ulur waktunya dan berharap dapat teralihkan oleh isu lainnya. Sedangkan jika diputuskan sanksi sedang, maka otomatis SN akan langsung diberhentikan dari jabatannya sebagai orang nomor satu di DPR Indonesia, meski masih menjadi anggota DPR. Mungkin hal inilah yang juga menjadi salah satu pertimbangan mengapa tiba-tiba para loyalis SN mendadak berbalik 180 derajat. 

Hal menarik kedua adalah ketika akan membuka sidang kembali untuk mengambil keputusan akhir dalam sidang, ternyata ada surat masuk kepada pimpinan MKD dari sang ketua DPR yang intinya menyatakan bahwa SN menyatakan mundur dari jabatannya sebagai ketua DPR. Hal ini tentu tidak lepas perkembangan per detik yang sudah diungkapkan sebelumnya, karena sebelum sidang ditutup untuk istirahat, posisi untuk pengambilan keputusan masih banyak yang menyatakan melanggar kode etik dengan sanksi sedang dibandingkan mereka yang ingin sanksi berat.

Akan tetapi, proses persidangan yang sudah menyita waktu, pikiran dan tenaga tidak hanya anggota MKD, tetapi juga publlik, ternyata menghasilkan keputusan yang antiklimaks. Bagaimana tidak, bukankah sidang ini adalah soal pelanggaran etik ketua DPR dan jika kemudian yang bersangkutan mengundurkan diri (bisa jadi karena tidak punya kesempatan untuk menang dan agar tidak terlihat bahwa dirinya diberhentikan dengan tidak hormat). Hal yang membuat aneh adalah sidang MKD tidak memutuskan hasil apapun tetapi pimpinan justru hanya membacakan surat pengunduran diri SN dan setelah itu tidak ada keputusan hasil sidang yang muncul.

Lepas dari SN mengundurkan diri atau tidak, maka sidang MKD tetap harus memutuskan bahwa SN melanggar etik dan dikenakan sanksi sedang ataupun berat. Namun yang terjadi justru sidang menjadi antiklimaks yaitu tidak memutuskan apapun dan kemudian justru menyetujui pengunduran diri SN serta kemudian pimpinan sidang menutup seluruh rangkaian sidang MKD untuk kasus Setya Novanto dengan tanpa keputusan yang jelas, misalnya: hasil dari putusan MKD, maka menyatakan Setya Novanto melanggar etika, serta apa sanksi yang akan dijatuhkan. Akan tetapi justru yang terjadi adalah MKD justru menerima surat dari pengunduran diri SN dan tidak memutuskan apapun terkait hasil sidang MKD yang sudha beberapa minggu ini berproses tetapi yang terjadi justru ini ternyata hanya sidang untuk menunggu pengunduran diri Setya Novanto dan bukan kepada pelanggaran etikanya. 

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa dinamika perubahan dalam politik berlangsung cukup cepat, meskipun banyak skenario-skenario yang dimunculkan, akan tetapi ternyata ada perubahan lain yang terjadi. Menjadi sebuah pertanyaan menarik untuk digali yaitu mengapa tiba-tiba SN mengundurkan diri, apakah karena melihat peluang yang makin menipis untuk menang ? Ataukah ada skenario lain dibalik pengunduran diri SN di detik-detik pengambilan keputusan oleh anggota MKD. Apakah itu benar?? Mari kita tunggu dinamika-dinamika perubahan politik yang sedang terjadi dalam hitungan detik ini.

16 Desember 2015

Danny Prasetyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun