Sejak bangsa ini merdeka, baru kali ini jalur rel ganda dapat terwujud yang menghubungkan antara Jakarta dengan Surabaya melalui moda transportasi massal kereta api. Penantian panjang tersebut bahkan tidak hanya sebelum Indonesia merdeka, tetapi sudah sejak 150 tahun lalu, sejak jalur awal kereta api dibangun oleh pemerintahan Belanda waktu itu. Hal ini tentu saja menjadi tonggak sejarah baru bagi dunia perkeretaapian di negeri ini, yang diharapkan juga dapat membuat masyarakat umum dan juga dunia usaha memanfaatkan transportasi ramah lingkungan yang aman, cepat dan efisien. Salah satu alasan utama pembangunan rel ganda ini diantaranya adalah beban angkutan darat yang semakin tidak efisien akibat waktu tempuh lama, jalanan rusak, bahkan banjir yang melanda jalur pantura dan kerap terjadi.
Revolusi kereta api sebenarnya sudah dimulai sejak badan usaha milik negara ini dipegang oleh tangan dingin direkturnya yaitu Ignatius Jonan. Walau tidak memiliki basic dalam mengelola transportasi publik, akan tetapi dalam periode awal kepemimpinan Jonan (5 tahun) kereta api mengalami revolusi drastis sejak didirikan. Bagaimana pegawai kereta api memiliki kebanggaan terhadap instansinya, penumpang juga mendapatkan pelayanan prima dengan kedatangan kereta on time (sesuai jadwal), tidak ada lagi penumpang yang berdiri untuk kereta jarak jauh, penerapan sistem boarding pass yaitu dengan penyesuaian tiket sesuai identitas penumpang serta yang terakhir adalah revitalisasi stasiun-stasiun kereta api, menjadi bukti nyata bahwa revolusi kereta api memang sedang terjadi dan akan terus terjadi.
Peresmian jalur ganda Jakarta - Surabaya yang akan diresmikan dalam beberapa hari mendatang yaitu tepatnya bulan April, tentunya menjadi semacam puncak dari perjuangan sejarah kereta api di Indonesia. Tentu saja hal ini tidak lalu membuat para pejabat terbuai sehingga tidak lagi mengerjakan atau mengotimalkan apa yang sudah dibangun, karena seringkali kita bagus dalam membangun akan tetapi lemah dalam perawatan atau menjaganya. Penulis mengusulkan agar perawatan dan bahkan revolusi perkeretaapian tidak berhenti hanya sebatas jalur rel ganda, maka bagi pemerintahan mendatang kiranya perlu dipikirkan jika perkeretaapian tidak lagi hanya direktorat jendral tetapi menjadi sebuah kementrian khusus. Hal ini karena transportasi ini seharusnya menjadi transportasi utama yang mengangkut perpindahan manusia dan barang dengan cepat, aman dan efisien serta yang terpenting adalah mengurangi beban kebutuhan energi atau BBM yang juga nantinya berdampak pada perkembangan ekonomi masyarakat. Salah satu caranya ialah membangun jalur yang terintegrasi antara pelabuhan, bandara, terminal bus dengan stasiun kereta api, sehingga pergerakan manusia dan barang dapat lebih maksimal. Selain itu juga dapat mengkoneksi dengan pembangunan kereta komuter yang menghubungkan satu wilayah seperti yang sudah berjalan dengan KRL Jabodetabek, dan dapat diikuti dengan Joglosemar (Jogja Solo Semarang) atau daerah yang lainnya.
Danny Prasetyo
29 Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H