Sejak partai Demokrat membuka lowongan pemimpin dengan konvensi, sebenarnya sudah dapat ditebak akhirnya nanti yaitu yang diusung paling tidak adalah yang dekat dengan keluarga Cikeas. Tentu tidak heran jika Dahlan Iskan sebagai pemenang konvensi tetapi tidak menjadi prioritas utama sebagai calon yang ditawarkan kepada parpol lainnya. Elektabilitas yang rendah dan masih menjabat sebagai pejabat negara merupakan alasan yang tidak masuk akal secara logika. Menjadi sebuah pertanyaan bagi kita sebenarnya, mengapa hasil konvensi harus diputuskan setelah batas akhir untuk mengundurkan diri bagi pejabat negara terlewati ? Bukankah hasil rekap pemilu legislatif dari KPU sudah diumumkan sejak 9 Mei lalu ? Dengan kata lain, maka jika yang menang mereka yang masih jadi pejabat negara dan belum mengundurkan diri, maka tidak akan dipilih dengan alasan undang-undang sudah mengatur demikian.
Sangat disayangkan memang jika hal tersebut tidak terpikir oleh panitia konvensi ataupun partai Demokrat sendiri. Padahal banyak berharap pemenang konvensi ini nantinya, walau elektabilitas masih rendah, tapi paling tidak elektabilitas Dahlan tentu lebih tinggi dibandingkan dengan Pramono Edhie yang rencananya akan diajukan sebagai cawapres dari Demokrat. Lepas dari hal tersebut, sebenarnya dapat kita lihat bahwa Demokrat ternyata juga belum menjadi partai modern tetapi masih mempertahankan dinasti politik dalam tubuh partainya.
Jika memang benar Pramono Edhie yang diajukan dan bukan Dahlan Iskan (pemenang konvensi) sebagai cawapres buat partai lainnya, maka saya hanya berpesan buat bapak Dahlan Iskan, "tidak usah kecewa pak, mungkin memang begitu karakter partai yang bapak ikuti konvensi, seperti dulu dengan iklan katakan tidak pada korupsi, eh justru para pemeran iklannya yang jadi tersangka korupsi."
18 Mei 2014
Danny Prasetyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H