Mohon tunggu...
Danny Dwi Saputra
Danny Dwi Saputra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Departemen Tanah - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya

Menulis konten tentang kegiatan kampus, resensi buku, pertanian, dan lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa dan Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Membantu Masyarakat Mengolah Limbah Agrokomplek

11 Oktober 2024   12:54 Diperbarui: 11 Oktober 2024   12:56 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa dan Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Membantu Masyarakat Mengolah Limbah Agrokomplek menjadi Pupuk Organikdan Briket Arang

Kabupaten Kediri, secara umum memiliki potensi besar dalam sektor agrokompleks. Dua komoditas pertanian utama, jagung dan tebu, serta peternakan menghasilkan limbah yang cukup melimpah, seperti tongkol jagung, pelepah (sisa panen) tebu dan kotoran ternak. Meskipun demikian, limbah ini belum dimanfaatkan ataupun dikelola secara baik dan optimal, sehingga alih-alih menghasilkan keuntungan ekonomi, kondisi ini justru berpotensi mengakibatkan masalah lingkungan.

Limbah tongkol jagung maupun kotoran ternak masih belum termanfaatkan dengan baik. Bahkan, limbah sisa panen tebu biasanya berakhir dengan dibakar di lahan pertanian sehingga menghasilkan emisi gas CO2 yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Melalui inisiatif pengelolaan limbah yang inovatif sebagai bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) hasil kolaborasi antara Dosen Pertanian Universitas Brawijaya (Dr. Danny Dwi Saputra, dan Dr. Rika Ratna Sari), 27 mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (melalui program KKN FP-UB 2024) dan masyarakat Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, kami berhasil merubah limbah pertanian tersebut menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi. Produk yang kami hasilkan antara lain adalah Briket arang dari tongkol jagung dan pembuatan pupuk kompos serta pupuk organik cair (POC) dari sisa panen tebu dan kotoran ternak.

Briket Arang dari Tongkol Jagung

Setiap musim panen, Desa Tiru Kidul menghasilkan banyak limbah tongkol jagung yang seringkali hanya dibuang atau dibakar. Hal ini tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga menghilangkan peluang ekonomi yang potensial. Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan warga setempat (kelompok tani, ibu-ibu PKK) mengadakan pelatihan untuk mengubah limbah tongkol jagung menjadi briket arang yang bernilai ekonomi. Pelatihan ini bertujuan agar masyarakat memiliki keterampilan yang memadai untuk menghasilkan produk briket arang yang bernilai jual tinggi. Dengan adanya usaha mikro berbasis produksi briket, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Briket arang ini tidak hanya membantu mengurangi limbah tetapi juga menghasilkan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Briket arang dari tongkol jagung memiliki efisiensi energi yang baik dan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Proses pembuatannya melibatkan beberapa tahap, yaitu penjemuran tongkol jagung, pembakaran untuk menghasilkan arang, penghancuran arang menjadi serbuk, pencampuran dengan bahan pengikat seperti tepung tapioka, pencetakan, dan penjemuran hingga kering.

Gambar 2. Proses pembuatan briket arang secara sederhana
Gambar 2. Proses pembuatan briket arang secara sederhana

Pupuk Kompos dan Pupuk Organik Cair

Selain limbah pertanian, Desa Tiru Kidul juga menghadapi masalah limbah ternak yang melimpah. Limbah ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat mencemari lingkungan dan memicu berbagai masalah kesehatan. Untuk mengatasi masalah ini, program pembuatan pupuk kompos dan POC diperkenalkan. Kedua jenis pupuk ini memanfaatkan limbah organik yang meliputi sisa panen tebu (pelepah tebu), kotoran ternak, blotong, dan bahan organik lainnya untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian.

Pupuk kompos dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik yang dipercepat dengan pengaturan faktor-faktor dekomposisi (suhu, kadar air, mikroorganisme dekomposer). Sedangkan POC dibuat melalui fermentasi bahan organik dengan campuran air, molase, dan mikroorganisme (EM4). Kedua pupuk ini efektif untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, serta mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia yang harganya cenderung mahal karena pupuk ini memiliki unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Gambar 3. Pelatihan Pembuatan Kompos dan Pupuk Organik Cair (POC)
Gambar 3. Pelatihan Pembuatan Kompos dan Pupuk Organik Cair (POC)

Proses pembuatan pupuk kompos melibatkan beberapa tahap, mulai dari persiapan bahan kompos, pencampuran bahan, hingga pengaturan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempercepat proses dekomposisi (kompos) dan fermentasi (POC). Pelatihan diberikan kepada masyarakat, terutama kelompok tani, tentang teknik dasar pembuatan pupuk organik serta pemanfaatannya. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mampu mengolah limbah pertanian tetapi juga dapat menghasilkan produk yang berguna bagi pertanian lokal.

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan

Kedua inisiatif ini memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Dari segi ekonomi, pembuatan briket arang dan pupuk organik (kompos dan POC) mampu menciptakan peluang usaha baru, meningkatkan pendapatan rumah tangga, serta memberdayakan kelompok masyarakat, khususnya ibu-ibu PKK dan kelompok tani. Secara tidak langsung, inisiatif ini juga membantu mengurangi tingkat pengangguran di desa tersebut.

Dari segi lingkungan, inisiatif ini membantu mengurangi limbah yang berpotensi mencemari tanah, air, dan udara apabila tidak dikelola dengan baik. Penggunaan briket arang sebagai bahan bakar alternatif dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fossil, sementara pupuk kompos dan POC membantu menurunkan kadar metana yang dihasilkan oleh limbah organik di tempat pembuangan akhir, ataupun gas CO2 apabila limbah tersebut berakhir di tempat pembakaran. Program-program ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan dan praktik pertanian yang ramah lingkungan.

Tantangan dan Rekomendasi

Meskipun program-program ini menjanjikan manfaat yang signifikan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan akses terhadap teknologi pengolahan dan kesulitan dalam memasarkan produk hasil olahan. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga terkait untuk menyediakan fasilitas yang memadai, seperti mesin penghancur arang dan fermentor, serta membuka akses pasar bagi produk briket arang dan pupuk organik apabila telah dihasilkan secara massal.

Pemerintah desa juga dapat berperan dalam mempromosikan penggunaan produk-produk ini di kalangan petani lokal dan industri kecil. Kerjasama dengan pihak swasta dan lembaga pendidikan juga dapat dijajaki untuk mengembangkan teknologi pengolahan limbah yang lebih efisien serta memperluas jangkauan pasar bagi produk yang dihasilkan.

Penutup

Inisiatif pengolahan limbah agrokompleks di Desa Tiru Kidul melalui pembuatan briket arang dan pupuk organik (kompos dan POC) merupakan langkah nyata menuju pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan. Program-program ini tidak hanya membantu mengatasi masalah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang konkret bagi masyarakat. Dengan dukungan dan kerjasama semua pihak, Desa Tiru Kidul dapat menjadi contoh sukses pengelolaan limbah yang inovatif dan ramah lingkungan.

Inovasi semacam ini menunjukkan bahwa pengelolaan limbah tidak hanya tentang mengurangi pencemaran, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

ni memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Dari segi ekonomi, pembuatan briket arang dan pupuk organik (kompos dan POC) mampu menciptakan peluang usaha baru, meningkatkan pendapatan rumah tangga, serta memberdayakan kelompok masyarakat, khususnya ibu-ibu PKK dan kelompok tani. Secara tidak langsung, inisiatif ini juga membantu mengurangi tingkat pengangguran di desa tersebut.

Dari segi lingkungan, inisiatif ini membantu mengurangi limbah yang berpotensi mencemari tanah, air, dan udara apabila tidak dikelola dengan baik. Penggunaan briket arang sebagai bahan bakar alternatif dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fossil, sementara pupuk kompos dan POC membantu menurunkan kadar metana yang dihasilkan oleh limbah organik di tempat pembuangan akhir, ataupun gas CO2 apabila limbah tersebut berakhir di tempat pembakaran. Program-program ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan dan praktik pertanian yang ramah lingkungan.

Tantangan dan Rekomendasi

Meskipun program-program ini menjanjikan manfaat yang signifikan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan akses terhadap teknologi pengolahan dan kesulitan dalam memasarkan produk hasil olahan. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga terkait untuk menyediakan fasilitas yang memadai, seperti mesin penghancur arang dan fermentor, serta membuka akses pasar bagi produk briket arang dan pupuk organik apabila telah dihasilkan secara massal.

Pemerintah desa juga dapat berperan dalam mempromosikan penggunaan produk-produk ini di kalangan petani lokal dan industri kecil. Kerjasama dengan pihak swasta dan lembaga pendidikan juga dapat dijajaki untuk mengembangkan teknologi pengolahan limbah yang lebih efisien serta memperluas jangkauan pasar bagi produk yang dihasilkan.

Penutup

Inisiatif pengolahan limbah agrokompleks di Desa Tiru Kidul melalui pembuatan briket arang dan pupuk organik (kompos dan POC) merupakan langkah nyata menuju pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan. Program-program ini tidak hanya membantu mengatasi masalah lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang konkret bagi masyarakat. Dengan dukungan dan kerjasama semua pihak, Desa Tiru Kidul dapat menjadi contoh sukses pengelolaan limbah yang inovatif dan ramah lingkungan.

Inovasi semacam ini menunjukkan bahwa pengelolaan limbah tidak hanya tentang mengurangi pencemaran, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun