Pada tahun 2020, pemerintah menegaskan kembali kepada masyarakat untuk memanfaatkan teknologi digital secara maksimal. Hal ini dikarenakan kemudahan-kemudahan dan peluang-peluang dalam prospek pekerjaan semakin terbuka lebar dengan adanya teknologi digital (Yusuf, 2020).
Merujuk pada penyampaian pemerintah, kemudahan yang diperoleh secara nyata ialah maraknya penyebaran informasi secara daring/digital.
Perkembangan internet dan teknologi komunikasi digital, memulai era yang baru dimana seseorang memainkan dua peran yaitu sebagai author dan receiver terhadap suatu informasi. Oleh karena itu, penyebaran informasi kian marak dilakukan di dunia maya.
Berhubung dengan maraknya penyebaran informasi, dari sisi author sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara mengemas sebuah informasi atau identik dengan penulisan yang benar akan suatu informasi.
Penulisan pada dasarnya diawali dengan ide dan tema, yang kemudian diuraikan menggunakan kata-kata sebagaimana disesuaikan dengan target yang dituju. Akan tetapi, penulisan informasi/karya tulis di dunia maya tidak sesederhana itu, dikarenakan berkembangnya teknologi digital memunculkan poin baru dalam proses penulisan, yaitu desain multimedia.
Selain itu, dalam penulisan di dunia maya juga melibatkan etika-etika dan aspek tertentu, maka diperlukan pemahaman lebih lanjut terkait penulisan. Penulisan yang dimaksud ialah penulisan digital.
Apa itu Penulisan Digital?
Definisi dari penulisan digital adalah produksi teks menggunakan komputer atau perangkat lainnya dan tersambung dengan internet.
Dengan kata lain, penulisan digital adalah tulisan yang diproduksi secara bebas dengan bantuan teknologi terbaru dan didistribusikan secara global serta meliputi sumber-sumber beragam yang ditemukan di internet. Maka dari itu, dalam penulisan digital memaksakan seseorang untuk berpikir secara komprehensif terhadap suatu informasi atau karya tulis (DeVoss, Aadahl, & Hicks, 2010, h. 7).
Dalam penulisan digital dibutuhkan keterampilan dari tiga aspek, antara lain (DeVoss, Aadahl, & Hicks, 2010, h. 13-14):
- Fungsional
Kemampuan akan penyimpanan file dan transfer file; mengolah kata, memetakan pikiran, membuat slideshow, dan lainnya; coding, scripting, database, dan lainnya (anatomi digital). - Kritis
Kemampuan untuk kritis; memahami secara kompleks terkait menulis dan teknologi, lingkungan sosial, dan politik; memahami bahwa komposisi dan hasil tulisan terletak pada konteks sosial, pendidikan, dan politik; serta kemampuan mengarang, merevisi, dan mengedit hasil tulisan. - Retoris
Kemampuan mengatasi komplikasi retoris dan implikasi teks; memfasilitasi tulisan sesuai situasi retoris dalam teks; menentukan ruang virtual seperti email, website, dan lainnya untuk menerbitkan karya tulisan.
Selain ketiga keterampilan di atas, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati dalam penulisan digital, di antaranya (DeVoss, Aadahl, & Hicks, 2010, h. 39):
- Konteks atau ruang, yang mana penulis memerlukan ruang untuk menulis naskah digital.
- Retorika, yang mana para penulis mampu menyajikan tulisan dengan pendekatan yang lebih modern.
- Kesadaran teknologi yang analitis, bijaksana, dan kritis, yang mana para penulis secara cermat memilih media yang sesuai dengan tulisannya.
- Pendekatan “learning how to learn”, artinya seorang penulis harus mengikuti perkembangan teknologi.
- Pendekatan multimodal, yang mana selain teks, seorang penulis juga diharuskan memuat gambar, audio, hyperlink, dan lain sebagainya yang sesuai dengan isi teks.
Tujuan pentingnya penulisan digital (DeVoss, Aadahl, & Hicks, 2010, h. 16)
- Sadar bahwa penulisan digital adalah aktivitas yang kompleks, dimana merupakan wadah untuk mengekspresikan ide-ide, cara pandang, dan cara berpikir ke dunia.
- Melihat masalah dalam pengajaran penulisan digital.
- Memberikan solusi dan model praktis serta efektif dalam pengajaran penulisan digital.
Contoh tahapan penulisan digital (DeVoss, Aadahl, & Hicks, 2010, h. 50-53)
- Tahap pertama: menyajikan identitas dan alamat yang dituju (audiens).
- Tahap kedua: memulai perencanaan yang meliputi ide, tujuan, dan garis besar yang akan ditulis.
- Tahap ketiga: melakukan penelitian mendasar guna menemukan ide dan konten yang diinginkan.
- Tahap keempat: menuliskan hasil temuan sebagai bahan-bahan tulisan yang akan disajikan.
- Tahap kelima: melakukan drafting yang mana penulis mulai mengembangkan sejumlah konten dan menyimpan ke dalam draft yang berbeda untuk disandingkan.
- Tahap keenam: melakukan revisi terhadap final draft sesuai dengan ulasan atau komentar orang lain. Penulis cenderung merevisi pada bagian materi, baik itu menambahkan atau pun menghapusnya.
- Tahap ketujuh: proses mengedit. Penulis fokus pada tanda baca, ejaan, dan lainnya.
- Tahap kedelapan: melakukan publikasi melalui blog, website, Wikipedia, dan lainnya sebagai bentuk penulisan digital.
Berdasarkan uraian di atas, penulisan digital memiliki kompleksitas yang tinggi untuk menghasilkan tulisan/karya tulis yang bermutu dan berbobot serta tepat sasaran. Terlebih lagi pada era digital saat ini diman teknologi hampir menguasai seluruh aspek kehidupan mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, hingga dunia kesehatan.
Beranjak dari hal tersebut dan menimbang maraknya penyebaran informasi secara digital, perlu adanya kesadaran yang tinggi akan pentingnya penulisan digital.
Sumber:
DeVoss, D. N., Eidman-Aadahl, E., & Hicks, T. (2010). Because Digital Writing Matters. San Fransisco: Jossey-Bass.
Yusuf. (2020). Masuki Era Revolusi Industri 4.0, Indonesia Perlu Memanfaatkan Teknologi Digital. Kominfo.go.id. Diakses dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H