Manusia diciptakan dengan sangat sempurna karena memiliki akal dan pikiran. Walaupun setiap manusia berbeda-beda pula presepi dan isi yang ada di dalam otak mereka. Setiap manusia pun diciptakan dengan wajah, bentuk badan, warna kulit dll yang berbeda. Bahkan saudara kembar pun pasti punya perbedaan. Karena perbedaan itulah yang harusnya membuat kita menjadi sadar dan saling menghargai satu sama  lain.
Tetapi sekarang banyak sekali orang yang menghina atau tidak menghargai orang lain. Bahkan orang yang minoritas akan dijauhin dengan yang mayoritas. Contohnya yang terjadi dikalangan masyarakat sekarang. Pasti kalian tidak asing dengan Black Lives Matter, Asian Lives Matter, Muslim Lives Matter dll. Seseorang yang tinggal di negara lain dan jauh dari negara asalnya pasti memiliki perbedaan yang sangat terlihat
Bukan hanya itu bahkan sekarang orang sangat mudah melakukan body shaming kepada orang lain bahkan terhadap orang yang ia tidak kenal. Setiap orang memiliki pertumbuhan yang berbeda-beda. Body shaming artinya mengejek atau mempermalukan seseorang karena bentuk badan, berat badan, atau warna kulit yang berbeda dari yang lain. Ini juga mengarah kepada harga diri yang rendah, ketidakpuasan tubuh yang rendah, dan bahkan gejala depresi (Gam, Singh, Manar, Kar, & Gupta, 2020).
Body shaming terjadi bukan hanya dikalangan masyarakat tetapi di lingkup keluarga pun bisa terjadi. Pelaku dari body shaming ini bisa siapa saja seperti teman, guru, sahabat, saudara dan keluarga (Mutaqqin, 2020). Dengan cara yang berbeda tanpa mereka sadari mereka sudah melakukan body shaming kepada orang lain. Di zaman sekarang ketika perilaku body shaming di tegur ia akan melakukan pembelaan seperti "Kan gua cuma becanda, kok baperan sih?"Â tidak asing bukan dengan kalimat itu?.
Karena hal ini lah bisa mengakibatkan hal negatif pada psikologis maupun kesehatan mental seseorang. Seseorang bisa saja diam karena para pelaku menganggap itu hanya candaan tapi tidak bagi korban. Jika ini berlangsung lama akan membuat korban menjadi depresi hingga mengalami kerusakan otak.
Depresi dapat merusak 3 bagian otak yaitu Hippocampus, Amygdala, dan Korteks Prefrontal. Hippocampus sendiri berperan sangat penting dalam ingatan, dan jika pada bagian ini rusak memungkinkan seseorang mudah lupa akan kejadian yang sudah terjadi atau aktivitas yang dilakukan (Kalat, 2020). Seperti yang diketahui banyak dari hippocampus aktif selama pembentukan memori dan penarikan Kembali memori tersebut (Eldridge, Engel, Zeineh, Bookheimer, & Knowlton, 2005). Amygdala berperan dalam mengendalian emosi, dan jika amygdala mengalami kerusakan bisa mengakibatkan seseorang tidak bisa mengendalikan emosinya itu bisa menjadi penghambat atau penghalang seseorang untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Korteks prefrontal pun masih berhubungan dengan memori atau ingatan (Kalat, 2020).
Sangat bahaya bukan? Itulah mengapa body shaming seharusnya tidak dilakukan. Yang awalnya hanya berupa candaan dan bermain-main bisa mengakibatkan seseorang merasa sakit dan depresi. Bahkan dalam Agama Islam menghina atau mengejek orang lain merupakan perbuatan terlarang.Â
Isi kandungan QS. Al-Hujurat 49: Ayat 11 menjelaskan bahwa perbuatan mencela seperti menghina dan mengejek orang lain bukanlah hal yang baik. Bisa saja orang yang dihina itu lebih baik daripada orang yang menghina dirinya. Dan ayat tersebut juga mengajarkan kita untuk melihat diri sendiri dan memperbaiki diri sebelum menghina orang lain (Muttaqin, 2020).
Rasulullah Saw bersabda, "sesama muslim adalah saudara jadi alangkah baiknya kita tidak saling menzalimi, mencibir, atau merendahkan. Ketakwaan itu sesungguhnya disini (Hati)". Lalu ia melanjutkan "seseorang sudah cukup jahat ketika ia sudah menghina sesame saudara muslim. Setiap muslim sangat haram dinodai jiwanya, hartanya dan kehormatannya", (HR. Muslim).
Saya sendiripun pernah menjadi korban body shaming hingga membuat saya sangat terpuruk. Berdasarkan pengalaman saya, saya mengalami itu bukan dilingkungan pertemanan melainkan di dalam keluarga saya sendiri. Dulu saya memiliki kulit yang lebih gelap dibandingkan saudara saya yang lain, saya juga memiliki badan yang lebih besar (Gendut). Itulah yang menyebabkan keluarga saya melalukan body shaming terhadap saya. Ketika saya mendapatkan perlakuan itu saya hanya diam dan tersenyum. Awalnya terasa biasa saja bahkan terkadang saya ikut tertawa. Tapi lama kelamaan saya merasa sedih dan sering menangis sendiri. Bahkan sempat terlintas pikiran untuk mengakhiri hidup karena saya merasa mungkin mereka akan menghargai dan menyayangi saya ketika saya sudah tidak ada. Sebenarnya saya sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri tetapi gagal dan ketika saya tersadar saya ingat akan Allah dan dosa-dosa yang saya miliki hingga akhirnya saya tidak melakukan itu lagi. Tapi body shaming ini terus berlanjut hingga beberapa tahun dan membuat saya muak. Hingga tiba waktunya kesabaran saya telah habis dan akhirnya saya meluapkan semua yang terpendam selama ini dihadapan keluarga saya. Mereka paham dan menyadari sudah membuat saya depresi hingga mengalami kerusakan mental pada saat itu. Setelah itu mereka tidak pernah melakukan body shaming lagi kepada saya dan sering memberikan saya semangat untuk menjadi lebih baik kedepannya. Itu merupakan pengalaman pribadi saya tentang body shaming.
Jadi, sangat banyak hal buruk yang akan terjadi jika seseorang melakukan body shaming. Dan sangat beragam pula korban body shaming menanggapinya. Ada yang merasa biasa saja, sakit hati, sampai merasa tersakiti sekali hingga ingin mengakhiri hidup. Alangkah baiknya mulai sekarang kita saling mengingatkan untuk tidak melakukan body shaming ke orang lain. Support terus mereka dan jadilah orang baik di dekatnya. Dan buat kamu yang masih merasa dirimu tidak sempurna, mari besyukur dengan apa yang ada di dirimu sekarang.
REFERENSI
Eldridge, L. L., Engel, S. A., Zeineh, M, M., Bookheimer, S, Y., & Knowlton, B. J. (2005). A Dissocation Of Encoding and Retrieval Processes In The Human Hippocampus, Journal Of Neurosclence, 25, 3280-3286. (9).
Gam, R. T., Singh, S. K., Manar, M., Kar, S. K., & Gupta, A. (2020). Body shaming among school-going adolescents: prevalence and predictors. International Journal Of Community Medicine And Public Health, 7, 1324-1328. https://dx.doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20201075
Kalat, J.W. (2020). Biological Psychology.ed. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Humanika, (p.475).
Muttaqin, J. (2020). Bullying. Jurnal Hadis Tematik Bullying. https://osf.io/ygvn8/download
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H