Mohon tunggu...
Daniel Kurniawan
Daniel Kurniawan Mohon Tunggu... lainnya -

Hi! An educator, a translator, an amateur photographer, a learner, a naturalist: Daniel Kurniawan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru, Mengajarlah!

21 Juni 2012   04:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menambahkan carut-marutnya pendidikan, bukan cuma masalah pengajar, tapi kami juga menghadapi sistem yang busuk.  Dan berbicara tentang sistem, saya bersama rekan guru yang notabene cuman ada di bawah birokrasi dan pemerintaha hanya bisa gigit habis dasi kami (oh, kami tidak pernah pakai dasi) karena geregetan.  Pendidikan ini makin tidak bermakna dengan sistem evaluasi yang ada.  Wahai anak-anakku, dan semua siswa, dengar dan bacalah bagian ini.

Ujian Nasional semakin mengacaukan hakikat pendidikan.  Yang penting lulus, dan ada nilai.  Entah itu nilai di dapat darimana, who cares?  Dan masyarakat juga sayangnya hanya melihat dari faktor output ini saja.  "SEKOLAH KAMI 100% LULUS," itu yang dengan bangga diteriakkan banyak sekolah kemarin, tapi kemudian mencoba menutup mulut untuk tidak mengatakan, "dengan mengatrol semua nilai, atau memberi nilai tambahan yang termaskimal  di 40% porsi Ujian Sekolah."  Entah itu guru yang langsung memberi jawaban, atau siswa yang dibebaskan tanpa beban (dosa) mencontek dan saling jual jawaban via sms (thanks to technology), semua terjadi.

Lalu apa makna evaluasi proses belajar?   Hanya menghasilkan anak berkognisi tinggi, kalau tidak pura-pura berkognisi tinggi, tanpa membentuk karakter dan moral anak?   Evaluasi hanya sekedar proyek dan program?  Atau memang benar berupaya mengukur sejauh mana saya bisa dan paham.  Sejauh mana saya siap untuk menyatakan diri saya lulus dan mengerti sebagai seorang siswa?  Dan sebagai seorang guru, sejauh mana saya sudah benar-benar mempersiapkan anak saya untuk diukur?  (Btw, saya menunggu ketika pelajaran agama mulai di-UN-kan.  Apa pemerintah berani berkata bahwa moral dan spiritualitas anak bangsa ini bisa diukur dari nilai ujian agama mereka.)

Tapi lepas dari semua kenyataan yang memprihatinkan itu, saya tahu dan bersyukur kenal rekan-rekan, dan lulusan almamater, yang punya passion untuk mengajar.  Teman-teman yang selalu semangat membagikan cerita pengalaman mereka dengan anak-anak mereka.  Saya ikut berdoa ketika ada rekan guru yang mendoakan anak mereka dan menyemangati murid yang akan tes atau bermasalah.  Dan saya ikut terpompa  ketika melihat mereka yang mencoba menyemangati diri karena tertabrak kesuntukkan proses belajar-mengajar yang menekan berat.  Terima kasih untuk hampir semua dosen S1 saya yang memberi banyak inspirasi untuk mengajar, dan terlebih membagikan kegandrungan belajar itu sendiri.

Ini bukan 2 Mei.

Saya hanya ingin mencurahkan pemikiran seorang guru yang masih amatir dan pengin terus belajar.

Sampai di kalimat ini, setelah membaca-dan-membaca ulang draft tulisan ini, saya kembali merenung, apakah saya hanya sekedar membeberkan masalah lewat tulisan ini, yang cuma analitis tapi bukan problem-solver (as always at times).  Dan kisah ini pun saya sadari terdengar banyak generalisasi, walau saya orang yang benci generalisasi.

Setidaknya, dan setidaknya lagi, disini saya pernah menulis, dan ketika saya nantinya kembali membaca tulisan ini, atau teringat, saya sedang berkaca, dan mencoba memperbaiki diri saya (walau saya tahu saya bisa mendelete postingini dengan mudah).

Jadi, rekan guru, dan siapapun yang (mungkin akan) terbeban untuk memeriahkan dan makin memaknai pendidikan: mengajarlah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun