Mohon tunggu...
Hamdan Amin
Hamdan Amin Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger, freelancer, lover

Mencoba untuk menulis apapun ide yang terlintas di pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Semuanya Lelah dengan Corona, Nonton Saja Yuk!

3 September 2020   11:38 Diperbarui: 3 September 2020   11:34 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : blogclan.katecary.co.uk

Covid-19, virus yang sudah merubah tatanan kehidupan dunia sekarang ini. Sejak kemunculannya di Wuhan, Tiongkok sampai kini sudah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Tercatat, sudah lebih dari 25 juta kasus yang tercatat dengan angka kesembuhan 17 juta dan kematian lebih dari 859 ribu orang.

Di Indonesia, Covid-19 mulai diumumkan masuk pada bulan Maret lalu di Depok. Sampai per 2 September kemarin, sudah lebih dari 181 ribu kasus dan kematian mencapai lebih dari 7.600 orang. Dari hari ke hari trennya naik turun, namun kecenderungannya masih jauh dari kata membaik. Setiap harinya, korban berjatuhan baik dari masyarakat biasa sampai para tenaga kesehatan.

Dampak sosial dari Corona ini juga pastinya juga Anda rasakan. Ibadah tak lagi leluasa, tak sekhusyu sebelumnya di masjid. Anjuran rapatkan dan luruskan shaff yang biasa keluar dari mulut sang imam, rasanya sudah tidak ada lagi. Sehabis sholat yang biasanya bersalaman sambil melemparkan senyuman, tentunya jadi hal "haram" sekarang ini. Ini baru dari segi ibadah, kaum muslim.

Semua Meringis, Semua Menangis

Sekolah sudah lama diliburkan, dan siswa maupun guru sudah mulai jenuh. Orang tua, mulai stress bagaimana mengajar anak-anak dengan materi sekolah yang membebani pikiran mereka, di sisi lain harus memikirkan uang dari mana lagi harus didapatkan untuk membuat dapur tetap ngebul, sampai melunasi cicilan bulanan.

Para pedagang kecil makin gigit jari karena omset yang makin turun dari hari ke hari. Mereka tidak bisa lagi berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya, karena memang semuanya libur. Sungguh, wabah ini membuat semuanya jadi kesusahan.

Bagi kaum milennial, mereka sudah jenuh dengan slogan #dirumahaja. Sebagai makhluk sosial, tentunya ya butuh hiburan, jalan-jalan, dan nonton. Menghirup harumnya aroma teater dan mendengarkan suara khas pengumuman "pintu teater sudah dibuka..." Jadi kerinduan yang amat mendalam tentunya. Cara PDKT bagaimana lagi yang lebih romantis selain mengajak pacar atau gebetan nonton film terbaru?.

Rencana Pemerintah Buka Bioskop

Sumber : blogclan.katecary.co.uk
Sumber : blogclan.katecary.co.uk
Keinginan sebagian masyarakat agar bioskop kembali dibuka, mendapat semacam"lampu hijau" dari pemerintah. Normal baru mulai perlahan dibiasakan jadi "tatanan kehidupan baru". Bukan berarti ala iluminati yang difavoritkan pecinta teori konspirasi. Melainkan lebih kepada bagaimana bertindak dalam kehidupan sosial, agar meminimalisir penularan covid 19 ini.

Entah ucapannya benar atau hanya sekedar pelintiran media saja supaya klikbait, Jubir Satgas Penanganan Covid-19 juga dikabarkan mengatakan bahwa bioskop punya kontribusi meningkatkan imunitas masyarakat. Hiburan membuat suasana bahagia, dan itu berperan meningkatkan daya tahan tubuh seseorang.

Padahal, itu bukan jadi faktor yang bisa digeneralkan membuat daya tahan tubuh masyarakat meningkat. Orang yang menikmatinyapun hanya segelintir dari banyak populasi masyarakat. Tapi yasudah, sebagian masyarakat juga tentunya butuh hiburan langsung ke bioskop, apalagi mereka yang rindu momen bersama gebetan atau pacar di tempat tersebut.

Nonton Saja ! Kalau Mau Tanggung Resikonya

Pembukaan bioskop rencananya akan diikuti protokol kesehatan. Wajib pakai masker standar, anjuran cuci tangan, antrian jaga jarak, dan di dalam bioskop juga penontonnya terbatas. Menikmati suguhan film 90-150 menit akan menghibur dan akhirnya "meningkatkan imunitas tubuh".

Coba bayangkan. Bayangkan saja dahulu. Misalkan Anda terkonfirmasi positif covid 19 akibat memang berkunjung ke bioskop tersebut. Apa saja resiko yang dihadapi?. Karantina pastinya, paling tidak 14 hari di RS khusus. Anda harus cuti selama karantina itu (masih bagus kalau kantor mau tetap bayar full gaji Anda), itu kalau pekerja kantoran. Coba Anda adalah pedagang yang harus tutup toko selama karantina? lalu apakah Anda bisa jamin keluarga tidak ketularan juga?.

Bayangkan dulu, ini bukan hanya terjadi pada satu orang, melainkan banyak orang sekaligus pada cluster bioskop. Setimpalkah dengan pendapatan dari bioskop tersebut? Rasanya tidak. Kalau Anda tidak sengaja tertular saat bekerja atau berdagang itu akan jauh lebih "mulia", daripada tertular akibat nonton film di bioskop.

Nonton bioskop saja kesana ! Kalau kalian sakit masih ada dokter dan perawat yang sudah siap mengobati meski hati mereka "gemas" kamu ketularan sehabis bersenang-senang. Nyawa 100 dokter yang sudah gugur ternyata tidak lebih berharga dibandingkan pajak dari bioskop. Hari ini buka bioskop, besok mungkin tempat karaoke, lusa diskotik, minggu nanti konser dangdut, dan seterusnya. Sampai akhirnya kita merasa semuanya sudah "normal secara sosial".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun