Sulit berfikir lurus apalagi yang menyangkut kebenaran udah gitu gayanya mesti dibuat formal, ampun dah mendingan engga ikutan,  salut banget sama mereka yang bisa tetap exis menjadi orang yang menjaga wajah keterpelajarannya, memilih kata agar senantiasa bisa diterima sebagai kalimat yang membasahi sanubari menyiram qolbu, mampu berpidato buat kepentingan masyarakat!
Orang yang sukan gembelengan ( disundul dari bahasa jawa ), polah tingkahnya tidak bisa menipu diri sendiri, disatu sisi dia mengerti kebenaran disamping lain dia tidak merasa sebagai orang yang lurus, maksude dia sering berbuat salah dan dosa, makanya ketika hendak bicara kebenaran selalu sering tertunda, mengembalikannya lagi kepada diri sendiri, maka sulit bagi dia berpidato!
Betapa mulia dan hebatnya mereka yang tetap konsisten pada sikap kalimatnya gemar menghajar apa yang dianggapnya ketidak adilan, memihak rakyat miskin, hari ini dan esok sama saja gema suaranya, di forum-forum, orasi dan berkomunikasi selalu begitu, benar dan lurus, betapa bisanya dan saya menganggap itu tidak akan pernah bisa saya lakukakan!
Tentang kemiskinan, tidak ada orang yang membayar saya untuk memihak kemiskinan karena saya tidak menempati satu organisasipun yang mewadahi kemiskinan, tetapi beruntungnya hidup saya mendekati miskin maka betapa protesnya saya sama harga bensin yang mondar-mandir membuat harga sembako marah-marah jadi saya telah masuk didalamnya dan menjiwai, tanpa harus ada yang memerintah maka saya akan berpidato tentang kemiskinan tanpa harus dibayar, pergolakan sebagai tuntutan sebagai orang miskin, pidato mulai!
Tentang kemiskinana adalah sebuah privasi, milik individu dan setiap perkataan soal kemiskinan tidak menjadikan sebagai suara publik sebab disana banyak orang-orang kaya raya jangankan beras pindah harga dari 8 ribu menjadi 11 atau 12 ribu, andai kata satu liter saja 100 ribu pun dia tidak akan pernah mempermasaahkannya, maka kemiskinan adalah relevansi sosial yang bukan konsumsi umum sodara-sodara!
Hanya saja sayang disayang seribu sayang orang miskin tidak hanya saya saja, sampai jutaan, kenapa tidak sedikit saja hingga jika saya mengeluh tentang harga-harga pada menteror dan menjadi horor, Â tidak menjadikan kemiskinana sebagai perkara nasional bahkan sangat erat hubungannya dengan ketahanan berbangsa dan bernegara, coba hanya segelintir saja orang miskin diindonesia, inimah jumlahnya minta ampun, jutaan!, bahkan puluhan juta coi!, kenapa tidak hanya bersifat kelompok kecil dan radikal saja ( maksud saya radikal sama perutnya sendiri wuei! ), berarti saya tidak sendiri kan?, luar biasanya tersebar diseluruh pelosok negeri, Â ternyata kemiskinan itu dahsyat ya.
Refleksi, otomatisnya keluhan saya merambah jadi urusan nasional dong untuk memikirkan apa sebenarnya kemiskinan itu, datang dari planet mana, lalu termasuk jenis virus atau bukan? jangan-jangan isi perutnya sudah diprogrami virus oleh para spekulan, sulit terditeksi folder-folder kemiskinan semakin mengganda, menambah jumlah yang terinveksi, ah tetapi negeri tidak boleh sedih masih banyak orang kaya, beralih saja kepada mereka, kemiskinan Cuma menggangu!, harga bensin naik menjerit, harga sembako ngungsi kesurupan, emang bener miskin menyedihkan, hu u hu u hu ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H