Sejak dilantik 2014 lalu, Presiden Joko Widodo mencanangkan gerakan Revolusi Mental bagi Indonesia. Gerakan ini ditujukan untuk menyasar perubahan  pada sumber daya manusia Indonesia.
Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Definisi tersebut pertama kali digaungkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1956.
Kini, revolusi mental digalakkan kembali oleh Presiden Jokowi. Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.
Gerakan Revolusi Mental diharapkan bisa diterapkan secara menyeluruh, termasuk bagi birokrasi pemerintahan. Dalam sektor birokrasi, Revolusi Mental ini terbagi dalam 3 sasaran.
Diantaranya, pertama, mengubah mindset cara berpikir dan cara pandang bahwa birokrasi adalah soal melayani rakyat. Bahwa aparatur sipil negara sebagai representasi dari pemerintahan, hadir di setiap rakyat membutuhkan mereka.
Kini, era birokrasi priyayi khas kolonial harus digeser dengan semangat melayani warga negara.
Kedua, struktur birokrasi harus ramping, efisien, tidak boleh gemuk dan tidak boleh ada organisasi-organisasi dalam pemerintahan yang menduplikasi fungsi lainnya. Dengan perampingan struktur ini, diharapkan bisa menghadirkan tata kelola yang lebih sehat.
Sasaran ketiga menyasar kultur dan budaya birokrasi. Maksudnya, Revolusi Mental harus mengubah budaya kerja yang lebih disiplin, bertanggung jawab, mengedepankan kebersamaan, dan gotong royong.
Adanya program Revolusi Mental ini terbukti berdampak positif pada kinerja pemerintahan Presiden Jokowi. Birokrasi lebih ramping dan bersifat melayani, perizinan lebih pendek, dan pungli diberantas habis.
Banyak prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras dan gotong royong dari aparatur negara. Kini kita bisa melihat perubahan dalam hal pemberantasan illegal fishinh, pengelolaan BBM yang lebih bersih dan transparan, pembangunan tenaga listrik terbesar di Asia Tenggara yang lebih cepat dan pembangunan infrastruktur dari mulai jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, dsb, yang lebih masif dibandingkan era sebelumnya.
Semua itu merupakan bagian dari hasil kerja keras pemerintahan Presiden Jokowi dalam mengubah watak dan perilaku aparatur negara.
Selain membangun fisik negara, pemerintahan Presiden Jokowi juga fokus untuk menggarap jiwa dan sumber daya manusia Indonesia.
Yakni, membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Ke depan, Revolusi Mental akan semakin digalakkan agar sembilan agenda prioritas pemerintah yang tertuang dalam Nawacita bisa terwujud dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H