PSSI lebih sibuk dengan konflik ditubuhnya sendiri.
Perpisahan dan perpecahan antar kubu begitu kental.
Jangan harap ada progres yang baik persepakbolaan , lapangan bermain pun tidak mereka perhatikan .
Bisa kita lihat sendiri di sekitar kita pun mencari lapangan sepakbola sulit setengah mati , tidak ada anggaran untuk menyediakan prasarana tersebut.
Padahal dana mustahil tidak ada .
Siapa yang bisa membantah bahwa market Sepakbola Indonesia sangat tinggi ?
Polemik begitu rumit , konflik begitu nyata mulai dari petinggi hingga akar rumput .
Bisa kita lihat beberapa artikel di kompasiana tercinta ini begitu kental keberpihakan pada salah satu kubu yang bertikai ... entah sampai kapan akan berakhir .
Namun jika kita menilik sejarah PSSI sendiri kita bisa menilik satu nama " Suratin" .
Yaa di tangan beliau lah potensi sepakbola sebagai pembangkit nasionalisme di praktikan dengan penuh perjuangan , jika pemerintah penjajah melarang kegiatan , beliau dengan membuat lapangan baru .
Sepakbola yang sangat universal mampu menarik minat para pemuda Indonesia sebagai wadah perjuangan , pada masa itu NIVU bikinan kolonial hanya menampung bangsa Eropa , Belanda dan Indo bahkan dibikin tidak berkutik oleh PSSI ( Suratin).