Orang-orang mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman.Â
Katanya untuk meningkatkan kemampuan diri, kedewasaan, kematangan. Keluar dari zona nyaman bisa membuat kita lebih kuat.Â
Tapi apa yang dimaksud zona nyaman?
Menjadi karyawan dianggap sebagai tinggal di zona nyaman.
Menjadi pegawai (negeri) juga dianggap tinggal di zona nyaman.
Sementara menjadi pengusaha/wiraswasta dinilai sebagai orang yang memilih keluar dari zona nyaman.
Sampai di sini belum jelas definisi zona nyaman.
Saya kurang sependapat dengan penilaian di atas. Bagi saya siapa pun yang nyaman dengan pekerjaannya, ia ada di zona nyaman.
Karyawan yang nyaman dengan pekerjaannya, dia di zona nyaman.
Pegawai yang nyaman dengan jabatannya, dia juga di zona nyaman.
Pengusaha yang nyaman, menikmati setiap proses naik turunnya, juga ada di zona nyaman.
Lalu, untuk apa kita harus meninggalkan zona nyaman?
Di dunia pendidikan, anak-anak dianggap terbebani oleh tugas yang menumpuk, PR yang banyak.Â
Guru dituntut untuk bisa membuat siswa-siswinya nyaman dalam belajar.
Guru-guru di Finlandia, negara dengan pendidikan terbaik, bahkan tidak pernah memberi PR sama sekali pada siswa sisiwinya. Mereka diberi waktu istirahat yang cukup sering, 15 menit untuk setiap 1 jam belajar.Â
Bandingkan dengan pendidikan di Indonesia yang hanya memberi waktu istirahat dua kali 15 menit selama belajar dari jam 7 sampai jam 1 siang.
Ini membuktikan bahwa zona nyaman bukan hal buruk bagi pendidikan anak. Justru berdampak positif.
Jika demikian, sampai di sini pertanyaan sama kembali muncul: apa yang dimaksud dengan zona nyaman?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H