Berapa banyak dan rumit masalah yang dihadapi dan harus diselesaikan setidaknya sampai masa jabatan presiden yang didukungnya berakhir?Â
Itu bukan perkara sepele.Â
Sangat tidak sepele.Â
Rakyat atau siapa pun harus mengerti itu. Sehingga penghasilan milyaran yang mereka terima masih sangat tidak sebanding dengan tanggung jawab yang mereka emban.Â
Maka dari itu, sangat jarang pemerintah mengekspos besar-besar orang-orang yang dipilih untuk menjadi komisaris BUMN. Hal itu tentu didasari atas pertimbangan matang. Pemerintah harus menjaga perasaan yang bersangkutan serta keluarganya.Â
Menerima jabatan tinggi dan berat tentu juga akan menjadi beban yang berat juga bagi seluruh anggota keluarga.
 Pemerintah bisa jadi tidak ingin anggota keluarga dari orang yang dipilih sebagai komisaris akan ikut tertekan oleh beban tanggung jawab yang diemban suami, isteri atau orang tua mereka.Â
Jika anda, rakyat jelata yang setiap lima tahun sekali mati-matian mendukung presiden, yang tidak memberi sumbangsih nyata pada negara, mengerti keadaan tersebut, anda sudah sepantasnya malu untuk bercermin, menatap wajah sendiri yang telah berani mencibir para komisaris yang sudah mempertaruhkan nyawa dan martabatnya demi kemajuan bangsa. Mereka yang rela ditempatkan di mana saja demi bangsa dan Negara. Demi kesejahteraan rakyat jelata. Demi utuhnya NKRI yang tak pernah mengenal harga diskon.
Terkait pengabdian pada bangsa, saya jadi teringat pada salah satu rekan kerja yang rela meninggalkan pekerjaan impiannya demi mengabdi pada suami tercinta. Sore tadi, ia mengirim pesan lewat whatsapp, mengabarkan bahwa gajinya sebagai abdi negara ia kembalikan. Ia merasa tidak pantas menerima gaji itu. Gaji yang masih ditransfer ke rekeningnya setelah ia memutuskan berhenti sebagai guru biasa dengan penghasilan seadanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H